The Secret : Dare To Dream — Mempraktekkan The Science of Getting Rich

You are currently viewing The Secret : Dare To Dream — Mempraktekkan The Science of Getting Rich
  • Post category:Film

Sudah baca buku ”The Science of Getting Rich”, karya klasik Wallace D Wattles? Sudah mempraktekkan panduan cara menjadi kaya dari buku terbitan 1910 itu? Atau lebih ekstrim lagi, sudah mengimani dan mengamalkannya? Kalau belum pernah membaca, silakan Googling dan mendownloadnya (tersedia juga link downloadnya di bawah).Atau beli versi cetak bahasa Indonesia-nya di toko buku. Tapi membaca atau belum, berhasil mempraktekkannya atau belum, film ”The Secret: Dare to Dream” bisa jadi ‘bahan bacaan” tambahan. Film ini, yang dirilis 31 Juli 2020, terinspirasi buku The Science of Getting Rich.

Yang lebih tepat lagi adalah film ini diangkat dari buku ”The Secret” (2016), karya Rhonda Byrne, produser televisi berdarah Australia yang hijrah ke Amerika dan jadi jutawan atau miliarder berkat The Science Getting Rich. Dengan kata lain, Rhonda Byrne adalah pengikut setia Walter D Wallace dan menjadi sosok yang terus menebarkan pengetahuan, pehamaman, dan praktek yang diajarkan The Science of Getting Rich. Ia sudah menerbitkan banyak buku berbasiskan The Science of Getting Rich. Juga audio books, ebook, film dokumenter, dan yang terakhir adalah film ini. Dan bertindak sebagai produser film ‘The Secret: Dare to Dream”, ia menghadirkan film ini sebagai bentuk lain dari deretan buku yang diterbitkannya. Pembuktian bahwa The Science of Getting Rich itu bisa diterapkan.

Rhonda Byrne bukan satu-satunya pengkhotbah The Science of Getting Rich. Kalau mau Googling sebentar, tak sulit menemukan banyak ‘konsultan cara jadi kaya’ yang mengembangkan metode berbasis The Science of Getting Rich. Termasuk Oprah Winfrey. Dan The Science of Getting Rich juga bukan satu-satunya buku tentang cara jadi kaya yang jadi rujukan para konsultan. Masih ada banyak buku klasik lainya. Semisal The Richest Man in Babylon karya George Samuel Clason (1926). Inti semua buku itu kurang lebih sama: setiap orang bisa kaya raya dengan modal dengkul. Yang diperlukan hanyalah memfokuskan pikiran dan batin, buang rasa cemas, bicara jujur kepada semesta, dan semesta akan mempertemukan kekayaan dengan Anda.

The Secret : Dare To Dream

Problem Keuangan Janda Beranak 3

Film The Secret : Dare to Dream berkisah tentang Miranda Wells (Katie Holmes), janda mendiang Matthew Wells yang beranak 3, yang banting tulang menghidupi keluarganya. Tapi dia bukan janda miskin. Amanda tinggal di rumahnya yang berhalaman luas di tepi danau di Madisonville, New Orleans, kota jazz-nya Amerika, di negara bagian Louisiana. Tapi rumahnya memang bukan rumah ala istana. Hanya rumah kayu besar ala Amerika. Karena penghasilannya sebagai karyawan toko ikan dan restoran Middendorf tak seberapa, ia sampai tak bisa membetulkan atap bocor yang ongkosnya sekitar 10 ribu dolar. Juga tak sanggup membayar biaya tambal gigi bolong (root canal) yang 2.300 dolar (sekitar Rp 33 juta).

Film di awali dengan berita pagi tentang Badai Hazel yang akan menerpa New Orleans. Miranda saat itu sedang berada di dermaga membeli ikan dari nelayan yang baru pulang melaut. Setelah membeli kepiting kepala lunak, ia membawanya ke toko ikan bosnya, Tuck Middendorf, alias Tucker (Jerry O’Connell), yang sedang sibuk melayani pembeli. Siang harinya, Miranda pamitan untuk pergi ke dokter gigi. Tucker bilang mereka harus membatalkan makan malam karena badai datang malam nanti. Miranda bilang tak masalah. Semua kegiatan bisnis memang akan terhenti malam itu. Tapi tetap saja Miranda, yang sudah terbiasa kurang beruntung, mengutarakan kalimat favoritnya: ”Seberapa buruk pun kondisi yang terjadi, hal lebih buruk masih mungkin terjadi.”

Siang itu pula, Bray Johnson (Josh Lucas) baru dengan mobilnya dari Nashville, Tennesse. Ia check-in di Maison de Ville, hotel butik berbintang 4 di pusat kota New Orleans. Saat itu ia melihat sang resepsionis, Sloane (Sydney Tennant), sedang membaca sebuah buku. The Science of Getting Rich? Bukan. ”Cara keluar dari belakang meja ini,” canda sang resepsionis cantik, yang rupanya ingin cari pekerjaan lain. ”Apapun bisa terwujud kalau kamu benar-benar mengingingkannya,” kata Bray.

Bray lantas minta diberi kamar yang berpemandangan bagus. Sayangnya kamar tipe itu sudah terisi semua. Tak masalah buat Bray. Kamar apapun jadi. Tapi baru selesai bicara, seorang pegawai hotel datang dan melaporkan kalau tamu di kamar nomor 1 sudah check-out karena tak ingin terjebak badai. ”Aneh,” kata Sloane, sambil tersenyum. Ia lantas menjelaskan kalau kamar itu punya pandangan bagus ke arah sungai. ”Sungguh hari keberuntungan buat saya,” bilang Bray. Rehat sebentar, Bray langsung pergi ke rumah Miranda.

Miranda benar-benar pergi ke dokter gigi. Sambil pusing membayangkan biaya tambal gigi bolong yang tadi didengarnya, Miranda menjemput dua putrinya di sekolah. Keduanya murung. Si sulung, Missy (Sarah Hoffmeister), pusing karena temannnya, yang seperti dirinya sebentar lagi berulang tahun ke-16, akan mengundang food truck di hari ulang tahun. Si bungsu, Bess (Chloe Lee) bertengkar dengan temannya karena sang teman tak percaya kalau ia punya kuda poni. Miranda mengingatkan Bess untuk tidak bohong. Bess bilang temannya salah dengar. Ia cuma bilang kelak akan punya kuda poni.

Greg (Aidan Pierce Brennan), anak nomor dua, hari itu tak sekolah karena flu. Ia mengisi hari dengan memancing di danau samping rumah. Kail canggih ciptaan ayahnya yang dikenal sebagai seorang inventor atau penemu, tak membantu dalam mengisi ember ikannya. Saat ia asyik memancing, Bray –yang datang membawa amplop besar– mengetuk pintu rumah. Tak ada yang menyahut, Bray berjalan ke samping dan melihat Greg. Setelah saling sapa, Greg bilang kalau ibunya baru akan pulang jam 4 sore. Greg minta Bray untuk tidak bilang kalau mereka sempat ngobrol. Ibunya melarang anak-anak bicara dengan orang tak dikenal. Bray setuju. Gray meninggalkan rumah Miranda dan di pintu keluar melihat kotak surat. Tapi ia memilih untuk tidak memasukkan amplop suratnya ke sana.

Miranda asyik ngobrol dengan anak-anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah. Juga sibuk menerima telepon. Saking sibuknya, mobil van-nya menabrak pickup yang berhenti di lampu merah. Miranda dan pengemudi truk turun. Miranda minta maaf dan dengan kesal menendang bemper moblnya yang copot. Pria pengemudi pickup, Bray, tersenyum melihat tingkahnya. Ia tidak minta ganti rugi karena tak ada bagian belakang mobilnya yang rusak. Ia malah menawarkan diri untuk membantu memperbaiki bemper mobil Miranda. Gratis. Miranda menerima tawaran itu dengan senang hati.

The Secret : Dare To Dream

Law of Attraction

Walhasil Bray datang lagi ke rumah Miranda. Saat akan turun dari mobil, ia melihat amplop yang dibawanya, tapi mengurungkan niatnya untuk menyerahkannya ke Miranda. Ketika turun, ia minta maaf kepada Miranda karena tadi tak memperkenalkan diri. Mereka pun saling memperkenalkan diri. Ia lantas pergi ke garasi dan memperbaiki bemper bersama Greg. Miranda senang melihat Greg akrab dengan Bray. Sementara Missy sibuk mencari profil Bray di Google. Ternyata tak sulit. Bray memang dosen dan profesor di Universitas Vanderbilt di Nashville, seperti yang diakuinya saat berkenalan.

Hari sudah gelap dan hujan sudah mulai turun ketika Bray dan Greg selesai memperbaiki bemper mobil. Badai Hazel sudah merambah New Orleans. Miranda mengundang Bray masuk ke rumah. Ia hanya bisa menawari minum karena tak punya apa-apa untuk makan malam. Ayam yang dipanaskan Miranda di microwave pun lupa dibuang plastik pembungkusnya dan lumer melumuri ayam. Anak-anak berteriak minta pizza. Miranda bilang orang miskin tidak bisa makan pizza. Missy bilang kalau mereka tidak miskin. Mereka hanya sedang bangkrut. Bray geli melihat obrolan mereka.

Angin yang dibawa Badai Hazel mulai kencang. ”Angin seperti ini mengerikan,” kata Miranda. ”Alam memang bisa punya kekuatan besar,” sahut Bry. ”Tapi kamu juga punya kekuatan seperti itu,” lanjut Bray. Miranda mengernyitkan kening. Bray menambahkan, ”Tapi kita harus hati-hati dengan kekuatan itu, karena apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita harapkan”. Miranda mesam-mesem mendengarnya. Ia tergoda dan memancing Bray untuk terus bicara. Contohnya? Magnet, kata Bray, sambil mengambil pin bermagnet di kulkas. Magnet menarik besi di sekelilingnya dengan kekuatan yang tak kasat mata. Pikiran kita bekerja dengan cara yang sama. Semakin kita memikirkan sesuatu, maka kita akan semakin mengundang sesuatu itu untuk jadi milik kita.

Miranda menantang Bray mempraktekkannya. Mereka semua sedang lapar. Miranda ingin pizza. Anak-anaknya menyambung dengan menyebut segala macam topping, pinggiran pizza yang garing, pepperoni, dan aneka saus. Dan mendadak, di tengah angin yang semakin kencang, terdengar ketukan di pintu. Seorang pengantar pizza berteriak di luar. Miranda dan anak-anaknya tercengang. ”Kau yang melakukan semua ini,” tanya Miranda. Bray cuma mengangkat bahu. Tukang pizza bilang ia mengantar pesanan dari Tucker untuk Miranda. Ia juga diberi tips banyak karena harus menembus badai. Anak-anak minta Bray ikut bersantap, tapi Bray harus cepat kembali ke hotel karena tak ingin terjebak badai. Saat bermobil keluar halaman, ia memasukkan amplop ke kotak surat.

Apa yang dipaparkan Bray terdapat dalam buku The Science of Getting Rich. Fenomena itu, atau dalil itu, dalam ”filsafat populer” Amerika biasa disebut sebagai ”Law of Attraction”. Prinsipnya memang seperti magnet. Orang hanya harus memikirkan sepenuh hati sesuatu yang diinginkannya, atau membuat ”gambaran mental” apa yang diinginkannya, dan alam yang dengan sendirinya akan mengantarkan atau mewujudkan sesuatu itu. Karena itu pula, biasanya para ”penganut ajaran cara cepat menjadi kaya” –termasuk banyak anggota MLM– memasang foto rumah impian, tempat wisata impian, atau mobil impian, sebagai alat bantu untuk menciptakan ”gambaran mental” tentang apa yang sungguh-sungguh diinginkan seseorang.

The Secret : Dare To Dream

Petuah Albert Einstein

Badai bertiup cukup keras di New Orleans. Sebuah pohon tumbang di halaman rumah Miranda dan cabangnya menjebol atap di atas ruang makan. Saat hari sudah terang, Bray datang lagi ke rumah Amanda. Ia melihat kotak surat sudah hilang tertiup angin badai. Surat yang mestinya diterima Miranda pun ia yakin hilang. Bray melihat dahan pohon yang menembus atap. Miranda bertanya ada apa Bray datang lagi. Bray bilang hanya ingin melakukan kunjungan pasca-badai. Melihat apakah segala sesuatu baik-baik saja. Ia lantas menawarkan diri untuk membantu memperbaiki atap. Miranda tak sanggup karena yang ia tahu biayanya 10 ribu dolar. Bray bilang cukup dengan 500 dolar, plus sedikit improvisasi. Miranda setuju.

Miranda dan anak-anak mengungsi ke rumah ibu mertuanya, Bobby Wells (Celia Weston), nenek-nenek yag jadi agen pemasaran properti, yang tinggal dikomplek pantai jompo. Ia selalu mendorong Miranda menjual rumahnya dan pindah ke rumah lebih bagus. Bobby juga tak terlalu suka pada Bray karena Miranda dan anak-anaknya terlihat bahagia dengan kehadiran pria asing itu. Ia lebih suka istri almarhum anaknya itu menikah dengan Tucker. Tucker juga sempat datang menengok rumah itu. Ia agak cemburu ada pria lain yang dengan sukarela memperbaiki rumah Miranda.

Perbaikan atap rumah Miranda akhirnya selesai. Anak-anak senang melihat sun-roof di atas ruang makan, di bekas lubang atap yang tertimpa patahan dahan pohon. Dapat sun-roof dari mana? Bray tertawa dan bilang atap bening itu datang dengan sendirinya. Seperti pizza? Semua tertawa. Bray bilang atap itu mengambang di danau, dan sepertinya menunggu saat dirinya jadi barang berguna, dan ternyata atap itu berjumpa dengan Bray. Itu namanya kebetulan, kata anak-anak. ”Kebetulan adalah cara tuhan untuk bertindak secara anonim,” kata Bray. Petuah siapa itu? Albert Einstein.

Tugasnya selesai, Bray pamitan. Sambil menyerahkan cek pembayaran, Miranda kembali bertanya mengapa Bray mau repot-repot membantunya. ”Mungkin kita bertemu karena suatu alasan. Kita bisa jadi silang membantu,” kata Bray. ”Aku yang lebih banyak dibantu,” timpal Miranda. Pembicaraan terhenti karena Bobby memanggil. Ada telepon dari Tucker. Ia mengundang Miranda untuk hadir pada pembukaan kembali restoran Middendorf nanti malam. Dan ternyata, pada kesempatan itu Tucker, di depan banyak orang, melawar Miranda. Miranda bilang yes. Tucker juga menghadiahinya mobil baru.

Keesokan harinya Bray, sesuai janji, datang lagi untuk menebang pohon yang tumbang. Kebetulan ia perlu kayu bakar untuk perapian di rumah. Missy, karena sudah diberi ide pesta ulang tahun, mengundangnya untuk hadir di hari ulang tahunnnya besok. Ibunya setuju. Bray juga setuju. Tapi, petaka terjadi di hari ulang tahun. Sang nenek yang tak suka dengan Bray menemukan potongan berita koran tak sedap terkait Bray. Yakni berita tentang sensor pengidentifkasi kebocoran listrik yang ditemukan Matthew Wells, almarhum suami Miranda, tapi yang ternyata dipatenkan Bray. Miranda langsung berang. Ia langsung mengkonfirmai hal itu ke Bray. Bray membenarkan. Ia dan suaminya memang bekerjasama membuat alat itu dan hak patennya baru keluar bulan lalu.

Miranda jadi agak malu sudah marah-marah. Lebih malu lagi ketika tahu Bray adalah orang yang bepergian bersama suaminya dalam kecelakaan pesawat yang jatuh, dan jadi satu-satunya orang yang selamat. Bray lantas mencoba menjelaskan bahwa ia sebenarnya datang untuk menyerahkan surat paten dan cek pembayaran dari pengguna hak paten. Tapi karena ada badai, ia jadi merasa perlu memberi pertolongan. Mendengar kalimat terkahir itu Miranda jadi berang lagi. Ia bukan janda lemah yang tak berdaya dan butuh pertolongan. Miranda mengusir Bray.

The Secret : Dare To Dream

The Science of Getting Jodoh

Bray pulang ke Nashville. Sebelum pergi ia meminta Sloane, resepsionis hotel, untuk menyuruh kurir mengirim amplop berisi surat paten ke rumah Miranda. Sloane, karena Bray baik hati, memilih untuk mengantarnya sendiri. Bray ternyata tidak bohong soal paten bersama: J & W Smart Sensor. J & W singkatan dari Bray Johnson dan Matthew Wells. Amplop itu juga berisi cek senilai 100 ribu dolar lebih. Miranda senang cek itu bisa menutup semua utangnya di bank. Greg yang melihat ibunya memegang amplop terlihat sedih. Ia bilang seandainya Bray dulu langsung menyerahkannya, pasti Bray tak perlu diusir. Greg cerita kalau Bray dulu datang mengantar surat itu sebelum ibunya menabrak mobil Bray. Surat itu akhirnya dimasukkan ke kotak surat dan kotak suratnya hilang dibawa badai. Mengapa tak cerita dari dulu? Karena ibunya melarang anak-anak berbicara dengan orang tak dikenal.

Miranda membayar semua kewajiban utangnya. Uang dari paten juga cukup untuk membeli laptop sebagai hadiah ulang tahun Missy. Mereka juga pergi ke restoran mahal di New Orleans. Tapi sayang, kursi restoran sudah penuh dibooking. Sewaktu akan pergi meninggalkan restoran, pelayan restoran memanggil nama mereka. Rupanya ada tamu yang membatalkan booking. Miranda dan anak-anaknya tertawa. Cerita magnet dan pizza kembali terulang. Sepulang dari kota, Greg melihat kotak surat mereka mengambang di danau. Mereka menemukan amplop berisi surat paten, seperti yang sudah diterima Miranda. Plus sebuah surat perkenalan dari Bray.

Miranda jadi semakin merasa bersalah atas sikapnya terhadap Bray. Ia juga tak memungkiri kalau diam-diam ia suka pada Bray. Kehadiran Bray membuat hidup serasa lebih ringan dan ia merasa bisa lebih bergembira. Tapi ia merasa tidak terlalu mengenal Bray. ”Tapi kan ibu sangat suka pada apa yang ibu sudah kenal dari Bray,” kata Missy. Miranda akhirnya bertekad bulat untuk mendatangi Bray. Tapi ia lebih dulu datang ke Tucker dan mengembalikan cincin pertunangan. Juga kunci mobil barunya. Plus berhenti kerja. Tucker tidak marah. Miranda dan anak-anaknya pun sudah pernah ngobrol soal lamaran Tucker. Tuker tidak berani melamar secara personal, karena pasti ditolak Miranda. Miranda sendiri tak enak menolak lamaran karena dilakukan di depan umum.

Mengendarai van bututnya, Miranda pergi dari Madisonville ke kawasan sekitar kampus Unversitas Vanderbilt, di Nashville, sejauh 800 kilometeran. Kurang lebih sama dengan jarak Jakarta – Surabaya. Seorang perempuan membukakan pintu rumah besar Bray. Miranda langsung lemas. Ada perempuan lain di hati Bray. ”Bray tidak ada di rumah,” kata perempuan itu. Miranda semakin lemas. Mau meninggalkan pesan? Bilang saja Miranda mampir. Perempuan itu senang mendengar nama Miranda. Ia mengaku sebagai Jennifer (Katrina Begin), adik Bray. Miranda langsung gembira. Bray masih jomblo. Jennifer bilang Miranda yang jadi penyebab Bray tak ada di rumah. Saat ini pasti dia sedang mengetuk pintu rumah Miranda. Sebuah kebetulan lagi. Pucuk dicinta ulam tiba.

Bray dan Miranda pulang ke rumah masing. Sambil menyetir di jalan tol yang berlawanan arah, mereka ngobrol lewat ponsel. Mereka amat ceria karena sudah sama-sama tahu kalau mereka satu hati. Mereka sepakat bertemu menjelang fajar di rest area dekat gerbang tol 47, di Tuscaloosa. Mereka bertemu, bergandengan tangan, dan seterusnya. Film ”The Secret : Dare To Dream” berakhir dengan happy ending. Rumah Miranda dijual. Miranda mewujudkannya mimpinya untuk bisa kuliah keperawatan di Universitas Vanderbilt. Mereka berkumpul di malam Natal di rumah Bray. Dan Bess mendapat hadiah Natal berupa seekor kuda poni. ***

Link
Download Ebook :The Science of Getting Rich
The Secret – www.rhondabyrne.com
The Law of Attraction – www.thelawofattraction.com


Film Credits

Pemeran : Katie Holmes, Josh Lucas, Jerry O’Connell, Celia Weston, Sarah Hoffmeister, Aidan Pierce Brennan, Chloe Lee
Sutradara : Andy Tennant
Studio : Tri G / Lionsgate Home Entertainment
Genre : Keluarga, Misteri, Romansa
Rilis : Juli 2020
Durasi : 107 menit (1 jam, 47 menit)