Besok, 16 Juni 2020, Sony Pictures akan merilis secara resmi film Sniper: Assassin’s End. Karena bioksop di Amerika sedang tutup, film ini akan dirilis dalam bentuk DVD dan layanan video on-demand. Tapi sebenarnya, sejak dua pekan terakhir, film ini sudah bisa dinikmati di berbagai bioskop online di dunia maya. Mengapa bisa begitu? Entahlah. Yang pasti, kehadiran film ini mungkin bisa mengobati kerinduan orang pada aksi Tom Berenger sebagai sosok Thomas Beckett, jago tembak jarak jauh legendaris di seri film Sniper. Juga, pada Chad Michael Collins, alias Brandon Beckett, putra Becket yang sudah muncul di 5 film Sniper terakhir. Totalnya ada 8 film Sniper yang dibintangi Tom Berenger.
Pada film kali ini, Thomas Beckett dan Brandon Beckett tak mendapat penugasan rahasia sebagai sniper. Kali ini keduanya justru menjadi korban. Alkisah, terjadi pembunuhan terhadap Bruno Diaz, tokoh bisnis negara Costa-Verde, Amerika Tengah. Costa-Verde hanyalah nama rekaan semata, tapi amat sering dipakai film Hollywood sebagai nama sebuah negara di Amerika Tengah. Tokoh yang dibunuh esok harinya dijadwalkan berpidato di seremoni pencabutan embargo perdagangan dengan Presiden Amerika di Washington DC. Adapun pelaku penembakan, seperti sudah bisa ditebak, adalah seorang sniper. Di awal film, pelakunya ditampilkan sebagai sesosok wanita berbahasa Jepang.
CIA, badan intelejen Amerika, menerima laporan kalau penyelidik di Costa-Verde menemukan bukti berupa rambut Brandon Beckett di sekitar lokasi kejadian. CIA juga menemukan bukti kalau Brandon terbang bolak-balik dari Amerika ke Costa-Verde pada periode sekitar hari penembakan. Karena investigasi masih terlalu dini, CIA membentuk satgas tak resmi yang bermarkas di sebuah ”safe house” di Seattle, tak jauh dari rumah Thomas Beckett. Pasukan bersenjata dari satgas CIA pun langsung menggerebek Brandon yang sedang cuti dan berada dirumahya di pinggiran LA. Ia tak melawan dan langsung dibawa ke safe house.
Ketua satgas, John Franklin (diperankan Lochlyn Munro), mulai menginterogasi Brandon. Dari bukti yang ada, ia yakin Brandon pelakunya. Yang ia ingin pastikan adalah seberapa besar peran Thomas Becket dalam pembunuhan itu. Intergosi baru berjalan sebentar, datanglah Zero, sebutan singkat bagi Zeke Rosenberg (Ryan Robbins), agen dari Homeland Security. Seperti yang sudah diutarakan kepada Franklin, Brandon mengaku tak tahu-menahu kejadian di Costa-Verde. Zero, yang ditampilkan lebih cerdas dari Franklin, mengaku bisa memahaminya, walau untuk sementara. Ia sendiri akan terus melakukan investigasi sesuai perintah ‘Kolonel’ yang jadi atasannya.
Franklin akhirnya memutuskan untuk memindahkan Brandon ke tahanan yang sesungguhnya. Dalam perjalanan, mobil yang membawa Brandon diserang sekelompok anggota mafia Rusia. Target mereka adalah membunuh Brandon. Mereka mendapat perlawanan. Dari jauh, sniper perempuan yang beraksi di Costa-Verde mengawasi. Ia dikenal dengan nama Lady Death (Sayaka Akimoto). Melihat gelagat anggota mafia Rusia bakal kalah, ia menghabisi mereka dari jarak jauh. Juga para pengawal CIA. Brandon sendiri bisa melepas borgol, menembak dua orang bersenjata, dan melarikan diri dengan mobil CIA.
Zero terus menyelidiki kasus itu. Ia mendatangi Donald South, pengusaha Amerika yang menjadi mitra bisnis Bruno Diaz, yang terlihat wajahnya di sejumlah foto bareng dengan Diaz sebelum penembakan. Donald mengaku sedih atas kematian Diaz. Terlebih dengan kematian Diaz berarti peluang bisnis di Costa-Verde untuk perusahaannya, Novasil Pharmacy, jadi menghilang. Jika embargo jadi dicabut, ia bisa menjual perusahaannya dengan harga mahal kepada Phykus Industries, perusahaan raksasa berbasis di Vancouver, Kanada, yang sebentar lagi mengakuisi Novasil. Secara pribadi ia menduga pembunuhan itu melibatkan Phykus Indstries, yang tak mau membeli Novasil dengan harga premium. Ia pun menyarankan Zero untuk ”follow the money” dalam melanjutkan penyelidikan.
Zero pun pergi ke Vancouver. Ia hanya ditemui Drake Phoenix (Michael Jonsson), kepala sekuriti Phykus Industries. Merasa tak banyak mendapat info, ia kembali ke Amerika dan menginterogasi anggota mafia Rusia yang ternyata selamat dalam aksi penyerangan di jalanan. Ia mengaku tak tahu orang yang menyuruhnya. Tapi ia tahu kalau orang itu bicara di dekat helikopter. Setelah diselidiki, Zero tahu orang itu adalah Drake Phoenix. Setelah menghubungi anak buah Franklin di CIA, ia juga tahu kalau Drake bernama asli Clark McConnel rekan satu batalion Brandon Beckett sewaktu bertugas di Afghanistan. Sebagai Clark, ia sudah dinyatakan meninggal 5 tahun yang lalu. Walhasil, Zero sudah tahu mengapa Brandon jadi terkait dengan pembunuhan di Costa-Verde.
Brandon sendiri, pasca serangan di jalan, datang ke ayahnya yang tinggal di hutan. Franklin juga sudah mengirimkan pasukan untuk meringkus Brandon dan Thomas Beckett. Saat akan beraksi, Lady Death pun tiba di sana. Dengan kehebatannya sebagai sniper, pasukan CIA dihabisi satu per satu. Di dalam rumah, duo Beckett berhasil mengidentifkasi lokasi sang sniper. Brandon berhasil menembak rusak senjata sang sniper. Ia pun kemudian mendatangi dan terlibat perkelahian sengit dengan sniper asal Jepang yang anggota Yakuza itu. Lady Death akhirnya menyerah dibawah todongan senapan Thomas Beckett. Ia pun mengaku sebagai orang suruhan Drake Phoenix.
Menggunakan radio milik pasukan yang tewas, Brandon menghubungi Franklin dan menjelaskan kejadian di rumah ayahnya. Bersama-sama, juga dengan dukungan Zero, mereka menyusun rencana meringkus Drake. Lady Death disuruh pura-pura mengantar Brandon ke rumah Drake, dengan dibayang-bayangi pasukan bersenjata CIA. Drake terjebak. Situasi menjadi kritis ketika Drake akhirnya menyekap dan melekatkan pisau dileher Brandon. Apa solusinya? Brandon membisikan sandi rahasianya. Audi, vide, tace. Thomas Beckett beraksi tepat sasaran.***
Pemeran : Tom Berenger, Chad Michael Collins, Sayaka Akimoto, Lochlyn Munro, Ryan Robbins, Michael Jonsson
Sutradara : Kaare Andrews
Studio : Destination Films / Sonny Pictures
Genre : Aksi
Tahun : 2020
Durasi : 95 menit (1 jam, 35 menit)