Kolonel Darcy melepas lalat hijau atau ‘carrion fly’ untuk mendeteksi ada tidaknya zombie di kerumunan orang. Itu yang dilakukannya ketika melakukan inspeksi pada acara judi di rumah keluarga bangsawan Inggris Featherstone. Metodenya berhasil. Cara itu dipakainya lagi ketika mendeteksi kemungkinan adanya zombie di rumah bangsawan yang jadi temannya: Charles Bingley. Apesnya, Elizabeth Benneth, putri keluarga Benneth yang belajar beladiri di perguruan Shaolin di Henan, China, hanya dengan menggunakan dua jari, dengan santai menangkapi satu per satu lalat hijau yang dilepaskannya. Dengan sedikit agak jumawa, Elizabeth pun mengembalikan lalat-lalat yang sudah mati ke tangan Kolonel Darcy.
Adegan tengil dan humoristik semacam itu biasa kita temui di film Jackie Chan atau di film kungfu dan ninja. Tapi lewat film ”Pride and Prejudice and Zombies”, peristiwa itu juga bisa ditemukan di Inggris pada awal tahun 1800-an, ketika Inggris dikisahkan sedang berperang melawan zombie. Kalau dari adegan tadi, dan juga dari judul filmnya, Anda menebak ini film komedi, Anda tidak salah. Film horor ringan dan komedi ringan ini diangkat dari novel dengan judul yang sama, karya Seth Grahame-Smith (2009). Dan sebagai novel, ia merupakan parodi dari novel klasik Pride and Prejudice karya Jane Austin (1813). Novel romansa aslinya juga sudah pernah difilmkan dengan judul Pride & Prejudice (2005).
Pride and Prejudice and Zombies dibuka dengan adegan Kolonel Darcy melepas lalat di rumah bangsawan Featherstone. Karena sedang berperang melawan Zombie, tak sembarang orang bisa masuk ke sana. Kolonel Darcy (diperankan Sam Riley) harus masuk lewat pintu masuk rahasia berpenjagaan ketat, lalu berjalan di lorong bawah tanah, ditelanjangi untuk diperiksa ada-tidaknya bekas gigitan zombie, dan akhirnya harus dipastikan ke-tidak-zombie-annya oleh pendeta. Setelah itu barulah kolonel mudia usia dan masih bujangan ini bisa bertemu sang tuan rumah, Ibu Featherstone, yang meyakinkannya kalau rumahnya bebas zombie. Ia lantas pura-pura ikut main, melepas lalat, dan menemukan salah satu peserta judi, Mr Kingstone, adalah zombie. Setelah menebas lehernya, ia pun pergi. Darcy tak mengecek ruang lain di rumah itu, tempat keponakan Mr Kingstone sedang menyantap otak tamu judi lain di kamarnya.
Adegan pembuka itu disusul dengan narasi ala wayang tentang sejarah Inggris era 1700 hingga 1800-an. Di masa itu, seperti kita juga tahu, kapal Inggris berdagang ke segenap penjuru dunia (baca: kolonialisme dan penjajahan) dan membawa pulang kekayaan berlimpah berupa sutra dan rempah-rempah. Tapi yang tidak mereka sadari, seiring dengan mengalirnya barang-barang dari negeri yang jauh ke Inggris, barang bawaan atau barang rampasan itu juga membawa serta virus yang menular dan mematikan. Termasuk virus yang mengubah manusia menjadi zombie. Parahnya, sekali sudah memakan otak manusia, zombie jadi makin beringas dan semakin butuh lebih banyak otak lagi. Walhasil dari hari ke hari makin banyak orang yang diserang zombie, dimakan otaknya, dan kemudian menjadi zombie-zombie baru. Populasi zombie terus membesar.
Perang besar melawan zombie pun tak terelakkan Setelah berlangsung perang besar pertama pada 1700-an, Kerajaan Inggris membangun tembok besar dan tinggi di sekeliling kota London. Merasa tak cukup, setelah perang besar kedua, dibangun lagi sungai atau kanal amat dalam yang mengelilingi area luas di luar tembok besar London. Wilayah pertahanan lapis kedua ini diberi nama In-Between. Kehadiran In-Between bisa membuat London menjadi relatif aman. Tapi bagaimana dengan rakyat Inggris lainnya yang berada di luar In-Between atau di seantero Inggris? Mereka membangun sistem keamanan sendiri-sendiri, seperti yang terlihat di ruwah bangsawan Featherstone. Sedangkan bagi keluarga non-bangsawan, seperti keluarga Benneth, mereka mendidik anak-anak mereka untuk mahir bela diri dan angkat senjata.
Walhasil, setelah narasi wayang tadi, film pun beralih ke adegan di rumah keluarga Benneth, yang tergolong keluarga petani kelas menengah tapi bukan bangsawan. Tidak kepalang tanggung, keluarga yang bahagia ini punya 5 orang putri, yang usianya saling tak beda jauh. Sebagian dari mereka terlihat sedang mengelap pistol dan senapan. Sebagian lagi, dan juga sang ayah, Pak Benneth, sedang mengasah pedang. Mereka melakukan bersih-bersih senjata itu dengan gembira, sambil bercanda dan ngerumpi khas remaja. Di masa itu rupanya sudah menjadi kelaziman kalau para remaja belajar beladiri ke China dan ke Jepang. Rakyat jelata umumnya belajar ke Cina. Keluarga bangsawan berguru bela diri ke Jepang. Dengan kata lain, keluarga Benneth pernah mengirimkan putri-putrinya ke China, atau lebih spesifik lagi ke perguruan Shaolin.
Selagi mereka bersih-bersih senjata, Ibu Benneth muncul. Ia membawa kabar bahwa Charles Bingley, putra sulung keluarga bangsawan Bingley, akan pindah ke rumah warisan miliknya di Netherfiled, yang sebagaimana keluarga Benneth, masih berada di wilayah Merryton. Untuk memperkenalkan diri, Charles mengundang tetangga untuk datang ke pesta di rumahnya. Karena Charles masih bujangan, pesa itu dimaknai oleh kaum ibu sebagai pesta cari jodoh. Ia mengajak semua anak-anaknya untuk bersiap. Elizabeth (Lily James) yang berambut hitam, berbeda dari putri lain yang berambut putih, bilang tak mau datang. Baginya hadir di pesta itu sama saja dengan sapi yang akan dilelang di pasar. Tapi setelah dibujuk adik-adiknya, ia bersedia juga. Mereka pun pergi berdandan, memakai gaun pesta, dan menyelipkan aneka pisau dan pedang di balik gaun.
Niatan Ibu Benneth mencari jodoh kaya buat anaknya tak sia-sia. Charles Bingley (Douglas Booth) langsung jatuh hati ketika bertemu putrinya yang nomor dua: Jane (Bella Heathcote). Sementara Elizabeth (Lily James) sempat berpandang-pandangan dengan Kolonel Darcy, yang hadir di pesta itu sebagai sahabat dekat Charles. Tapi Elizabeth kesal karena Darcy sok jual mahal. Ia pun keluar ruang pesta –seraya menyenggol gelas minuman dan ditertawakan Darcy– dengan amat marah. Di taman, ia melatih dialog orang marah yang kelak akan ia sampaikan ke Darcy. Sebuah suara terdengar dari belakang membenarkan kekesalannya pada Darcy yang sombong. Elizabeth mengenali suara itu sebagai suara Ibu Featherstone. Ketika berbalik, ia melihat Ibu Feathersoten –tuan rumah judi di awal cerita — dengan wajah penuh luka. Elizabeth tidak takut. Tapi sebuah ledakan pistol terdengar dan Ibu Featherstone tumbang. Darcy menembaknya. Elizabeth selamat? Ia malah marah-marah. Menurutnya Ibu Featherstone belum seratus persen jadi zombie.
Mendengar suara tembakan di luar, adik-adik Elizabeth langsung berdatangan. Mereka senang kakaknya selamat. Tapi mendadak terdengar teriakan dari dalam rumah dan orang-orang berhamburan keluar. Elizabeth dan adik-adiknya langsung masuk ke rumah dan melihat banyak zombie mengamuk. Dan jreng… putri keluarga Benneth pun langsung cabut pedang dan menjadi 5 pendekar cantik Shaolin. Mereka bertarung menggunakan pedang dan menghabisi para zombie. Charles dan Darcy hanya bisa melongo menyaksikan aksi putri keluarga Benneth. Bukan hanya punya paras cantik dan tubuh yang indah, putri-putri Benneth juga punya otot jagoan, kata Darcy.
Beberapa hari kemudian Charles mengundang Jane untuk minum teh sore. Ibu Benneth dan saudara perempuannya senang. Undangan itu bukti bahwa Charles serius dengan Jane. Jane berangkat sendirian dan di jalan –di tengah hujan– ia harus berkelahi dengan zombie. Sesampainya di rumah Charles ia langsung demam dan jatuh sakit. Keesokan harinya Elizabeth menyusul adiknya. Darcy juga ada di rumah Charles. Dokter dipanggil dan memeriksa kondisi Jane. Selagi dokter memeriksa, Darcy melepaskan lalat hijaunya. Dan seperti sudah diceritakan di awal, Elizabeth menangkapi lalat dengan jari tangannya. Dokter bilang kalau Jane cuma terkena flu biasa. Luka di tangannya bukan karena gigitan zombie. Dengan berlagak sebel, Elizabeth mengembalikan lalat-lalat yang mati ke tangan Darcy.
Elizabeth menginap untuk menemani Jane. Pada malam hari ia berbaur dengan Charles, Darcy, yang sedang kongkow dengan teman-teman sesama kaum muda bangsawan. Darcy dipancing temannya untuk bicara soal calon jodohnya. Sambil melirik Elizabeth, Darcy bilang calon istrinya harus perempuan berpengetahuan, pintar menyanyi dan melukis, bisa berbahasa cara bangsawan, tahu teknik bertarung Kyoto, dan paham teknik bertempur cara Eropa. Elizabeth lantas mengambil buku Seni Perang karya Sun Tzu yang ada di lemari buku. Darcy mengomentari dengan menyebut judul buku terjemahan berbahasa Perancis itu. Elizabeth bertanya apakah Darcy pernah membacanya? Darcy mengiyakan. Pernah baca yang berbahasa Wu, bahasa aslinya? Darcy menggeleng. ”Itu artinya kamu belum pernah membacanya,” bilang Elizabeth. Skakmat buat Darcy.
Keluarga Benneth kedatangan tamu istimewa: pendeta Parson Collins. Tamu ini istimewa karena, selain keponakan Pak Benneth (Charles Dance), dia juga ahli warisnya. Saat itu, di Inggris, orang yang berhak menjadi ahli waris hanyalah anak laki-laki. Karena semua anaknya perempuan, Benneth akan mewariskan seluruh hartanya kepada Collins. ”Bersikap baiklah kepadanya. Kalau tidak, kalau ayah sudah meninggal, Collins bisa menendang kalian keluar dari rumah ini,” pesan ayahnya. Tidak ganteng dan kikuk, Collin ternyata bukan hanya ingin jadi ahli waris. Saat makan malam ia melamar Jane. Jane bilang ia sudah milik orang lain. Collins kecewa. Sang ibu menawarkan Elizabeth sebagai gantinya. Elizabeth tak mau. Collins gigit jari. Beberapa hari kemudian Charlotte, teman Elizabeth, bilang kalau dirinya telah dilamar Collins.
Charles Bingley pun, atas saran Nyonya Benneth, kembali mengadakan pesta di rumahnya untuk makin mendekatkan dirinya dengan Jane. Saat pesta, Darcy juga hadir dan tetap jual mahal terhadap Elizabeth. Ketika lewat sebuah ruangan, Darcy mendengar Ibu Benneth, yang sedang mabuk, cerita kalau ia akhirnya akan jadi orang kaya karena Jane akan menikah dengan Charles. Dary tak senang dengan ucapan itu. Di ruangan lain, berniat keluar cari angin, Elizabeth bertemu dengan Charles. Selagi ngobrol dengan Charles, mereka melihat seorang pelayan terjatuh dan tubuhnya ditarik ke balik pintu. Curiga itu ulah zombie, keduanya mengejar ke lantai bawah tanah. Mendadak ada yang menarik Charles dan menjatuhkannya ke ke lantai bawah. Elizabeth menolongnya. Tapi ketika melihat sekeliling ruangan, sejumlah zombie berdiri di hadapannya. Belum sempat melawan, Darcy muncul dan menghabisi para zombie. Gara-gara kejadian ini, dan juga cerita Darcy soal omongan Ibu Benneth, Charles Bingley memutuskan untuk pulang ke London.
Collins, sebelum menikah, mengajak Charlotte menemui patronnya: Lady Catherine de Bourgh (Lena Headey), bangsawan paling kaya di Inggris sekaligus pahlawan wanita dalam perang melawan zombie. Charlotte minta Elizabeth menemaninya. Elizabeth bersedia jika boleh mengajak George Wickham (Jack Huston), saudara angkat Darcy, yang sedang mencari dana bagi proyek menjinakkan zombie agar tak lagi memakan otak manusia dan membuat mereka bisa bersahabat dengan manusia. Elizabeth mengenalnya saat jalan-jalan di kota dan melihatnya tak bersahabat dengan Darcy. Wickham juga mengajaknya datang ke Gereja St Lazarus di In-Between yang jadi tempat menjinakkan zombie, dengan memberi mereka makan otak babi. Ketika akhirnya bertemu dengan Lady Catherine, perempuan bermata satu ini menolak membiayai proyek Wickham. Ia menertawakan dan menyebut proyeknya sebagai proyek menciptakan ”zombie kelas bangsawan”. Darcy, yang keponakan Lady Catherine, ikut hadir dan mengusir Wickham. Kejadian lain dirumah Lady Catherine adalah Darcy melamar Elizabeth tapi ditolak.
Elizabeth menerima surat dari Darcy. Ia kembali mengutarakan isi hati dan betapa dalam cintanya pada Elizabeth. Hatinya yang gundah ia obati dengan menenggelamkan diri dalam kesibukan perang melawan zombie yang saat itu mulai masuk ke London. Ia juga minta maaf kalau dirinya jadi penyebab putusnya hubungan Jane dengan Charles. Ia sekarang juga paham kalau Elizabeth dan adik-adiknya bukan cewek matre. Darcy juga cerita soal Wickham, adik angkat yang merongrong dan terus berusaha merebut warisan ayahnya. Tentang perang itu sendiri, Darcy yakin London akan segera jatuh. Yang bisa mereka lakukan adalah menjaga ara para zombie tetap berada di dalam In-Between dan tidak menyebar ke seluruh Inggris.
Suatu hari, sepulang dari berkuda, Elizabeth diberitahu kalau Wickham datang ke rumah. Parahnya, Wickham menculik Lydia, adiknya. Setelah melihat segel surat yang ditinggalkan Wickham, Elizabeth tahu kalau Lydia dibawa ke gereja St Lazarus di In-Between. Ia pun menyiapkan diri untuk menyelamatkan adiknya. Saat berada di gudang senjata, mendadak muncul Lady Catherine de Bourgh. Ia marah-marah karena Elizabeth ternyata telah dilamar Darcy, padahal ia sudah menjodohkan Darcy dengan putrinya, Anne de Bourgh. Elizabeth menyangkal. Lady Catherine menantangnya berkelahi demi membela kehormatan keluarga. Elizabeth tak mau berkelahi dengan sang Lady. Karena Elizabeth tak mau berkelahi dengannya, ia menyuruh bodyguardnya melawan Elizabeth. Elizabeth bisa mengalahkannya dan sang bodyguard tewas tertimpa reruntuhan penyangga rumah.
Usai perkelahian, Jane muncul dengan mengejar ayahnya yang ingin ambil senjata dan pergi menyelamatkan Lydia. Elyzabeth melarangnya. Ia yang akan berangkat. Jane mau ikut tapi disuruh menjaga rumah. Lady Catherine menyuruh keduanya berangkat dan keluarga Benneth akan ia bawa ke rumahnya di Bosings. Elizabeth dan Jane pun berangkat dengan berboncengan satu kuda. Di Jembatan Hingham, satu-satu jembatan yang menghubungkan In-Between dengan wilayah Inggris lainnya, mereka disetop pasukan Inggris karena jembatan akan segera diledakkan. London sudah jatuh ke tangan zombie. Keduanya tak peduli dan jalan terus. Mereka bertemu pasukan Inggris di medan pertempuran. Darcy dan Charles ada di sana. Jane menyelamatkan Charles dari granat yang ia lemparkan sendiri ke sekumpulan zombie. Elizabeth menolong Darcy yang hendak diserang zombie dari belakang.
Elizabeth memberitahu niatnya menyelamatkan Lydia di St Lazarus. Darcy bilang gereja itu sudah mereka hancurkan 5 hari yang lalu. Lydia pasti sudah tak tertolong. Elyzabeth sedih. Keesokan paginya, mereka siap berangkat keluar dari In-Between dan meledakkan jembatan Hingham. Tapi Darcy tak ada. Petugas jenazah pun melaporkan kalau beberapa prajurit yang tewas telah diambil otaknya. Elizabeth yakin itu perbuatan Darcy. Charles ditanyai dan membenarkan kalau Darcy berbohong soal St Lazarus sudah hancur, karena tak ingin Elizabeth berangkat ke sana. Elizabeth pun menyuruh Jane pergi bersama Charles ke Jembatan Hingham. Ia sendiri menyusul Darcy dan menyelamatkan Lydia.
Darcy sampai dengan selamat di gereja St Lazarus. Ia melihat ”Empat Pria Zombie Berkuda” yang kerap dilegendakan sebagai pemimpin zombie di hari kiamat. Darcy masuk ke dalam gereja dan menemukan Lydia dikurung dalam sel. Di sel itu pula ia menemukan peta rencana aksi para zombie. Rupanya Wickham yang jadi dalang para zombie. Belum sempat keluar dari sel, Wickham sudah datang. Ia sesumbar dirinya akan segera menjadi kaisar dunia baru: dunia para zombie. Tapi mendadak terdengar segerombolan zombie berdatangan. Mereka kelaparan. Wickham tahu ada yang tidak beres. Para zombie itu, yang biasanya jinak karena hanya diberi makan otak babi, ternyata sudah diberi makan otak manusia oleh Darcy. Mereka jadi liar dan beringas. Kekacauan itu dimanfaatkan Darcy membawa lari Lydia. Ia lantas menaikkan Lydia ke kuda dan menyuruhnya pergi ke Jembatan Hingham.
Wickham berhasil mengejar Darcy. Mereka berkelahi. Darcy, sebagai bangsawan yang dilatih di Tokyo, berkelahi menggunakan samurai. Ia bisa unggul. Tapi saat menusukkan pedangnya ke tubuh Wickham, saudara angkatnya ini tak mati. Ketika disingkap bajunya, terlihatlah kalau Wickham seorang zombie. Wickham tertawa. Darcy pasrah kalah. Saat Wickham akan menebaskan pedangnya, Elizabeth muncul dan menebas tangan Wickham. Ia langsung mengajak Darcy naik kuda bersamanya dan memacu kuda ke Jembatan Hingham. Keduanya berhasil mencapai dua per tiga jembatan ketika jembatan itu meledak. Mereka berhasil mencegah zombie keluar dari In-Between. Di dasar jembatan, di antara reruntuhan, Elizabeth masih bisa bangkit. Ia merangkak ke Darcy yang sudah tak bergerak. Ia menangis sambil bilang betapa ia amat cinta pada Darcy.
Elizabeth dan keluarga Benneth berkumpul bersama Lady Catherine. Charles muncul dan minta izin untuk bicara empat mata dengan Jane. Keduanya keluar ruangan dan tak lama kemudian terdengar teriakan gembira. Jane menerima lamaran Charles. Darcy pun muncul. Ketika yang lain bergegas menemui Jane dan Charles, Darcy menanyakan Elizabeth kesungguhan ucapannya saat di dasar jembatan. Elizabeth tersenyum. Darcy melamar Elizabeth dan yes. Kedua pasangan itu pun menikah berbarengan. Collins jadi pendeta yang menikahkan. Mereka bergembira merayakan pernikahan di halaman gereja. Film usai. Susunan pemain muncul. Tapi, seperti biasanya, muncul adegan ekstra. Kedua pasang pengantin itu terhenyak saat memandang ke luar gerbang gereja. Dengan memacu kudanya, dan diiringi Empat Pria Zombie Berkuda, serta ribuan zombie, Wickham berteriak serbu.
Siapa yang menang? Apakah orang Inggris yang sekarang ini adalah bangsawan zombie yang menang perang? ***
Pemeran : Lily James, Sam Riley, Jack Huston, Bella Heathcote, Douglas Booth, Matt Smith, Charles Dance, Sally Phillips, Lena Headey
Sutradara : Burr Steers
Studio : Cross Creek Pictures / Sony Pictures
Genre : Aksi, Romansa, Horor, Komedi
Rilis : Februari 2016
Durasi : 97 menit