Bencana besar dipastikan terjadi di San Juan, Puerto Rico. Badai besar Kategori 5 atau kategori tertinggi, dengan kecepatan angin 252 km per jam, akan menghantam kota pantai itu. Penduduk sudah mengungsi dari rumah dan apartemen. Polisi, sesuai protokol penanggulangan bencana, sudah disiagakan. Tapi, seperti biasa, ada saja warga yang bandel. Ada yang tak mau mengungsi. Ada yang memborong barang dari supermarket. Griffin (diperankan William Catlett), termasuk di antaranya. Pria hitam jangkung ini memborong 50 kg daging yang tersisa di sebuah supermarket. Seorang bapak yang membawa anaknya untuk beli sedikit daging untuk bikin burger pun protes. Mereka berkelahi.
Dua polisi San Juan, Cardillo (Emile Hirsch) dan Jess (Stephanie Cayo) merespon panggilan di radio polisi dan pergi menangani kekacauan kecil di supermarket. Ketika tiba di lokasi, mereka hanya bertemu dengan Griffin dan satpam yang menjaganya. Lawan berkelahinya sudah pergi dan takkan mengajukan tuntutan. Griffin minta dibebaskan. Cardillo bertanya untuk apa Griffin memborong daging? Mau pesta di tengah bencana? Untuk binatang peliharaan, kata Griffin. Cardillo dan Jess tertawa dan membawanya ke kantor polisi. Saat digiring polisi, Griffin bilang Janet, peliharaannya, benar-benar butuh makan. Ia harus pulang. Griffin bicara juga kalau ada dua pria di apartemennya yang ogah mengungsi. Salah satunya pensiunan polisi. Cardillo tertarik.
Menangani warga yang tak mau mengungsi memang jadi tugas Cardillo dan Jess hari itu. Cardillo, polisi senior yang sudah malas-malasan kerja, sehari-harinya bertugas di meja resepsionis kantor polisi. Jess adalah polisi wanita dari polsek lain yang diperbantukan selama periode bencana. Dipasangkan dengan Cardillo, Jess amat senang. Ia ingin action karena wilayah polseknya sepi. Dan ia, dan juga semua polisi, kenal Cardillo sebagai polisi jagoan. Kalau sekarang dia jadi ogah-ogahan, itu karena tahun lalu mitra kerjanya, sekaligus kekasihnya, tewas dalam sebuah penggerebekan. Kejadian itu menghantui dan kerap membuatnya ingin bunuh diri.
Cardillo dan Jess mengantar Griffin ke apartemennya. Pengelola apartemen, yang sibuk di tengah hujan mempersiapkan apartemen menjelang badai, membenarkan kalau Griffin memang tinggal di situ. Ia juga memberitahu tentang dua pria yang tak mau mengungsi. Barret (Mel Gibson), yang mantan polisi, di apartemen nomor 53B. Seorang lagi, kakek tua bernama Bergkamp (Jorge Luis Ramos), ada di lantai 15E. Kedua polisi memutuskan untuk lebih dahulu mendatangi apartemen di atas. Griffin dipersilakan mengurus ”kucing” peliharaannya di apartemen 33B.
Barret ternyata tak sendirian. Ada putrinya, Troy, yang sedang merayu bapaknya agar segera mengungsi. Troy senang polisi datang dan minta mereka membawa bapaknya secara paksa. Barret ngotot tak mau karena akan dibawa ke rumah sakit kelas 3. Terakhir kali ia membawa korban kriminal ke sana, korban itu tak pernah keluar lagi. Troy bersikeras membawa ayahnya karena harus menjalani dialisis (cuci darah). Setelah ngobrol, Barret ingat sosok Cardillo. Ia senang yang datang polisi jagoan. Ia menanyakan kelanjutan kejadian yang menimpa mitra kerjanya. Cardillo menjawab dengan tidak enak hati. Sementara mereka ngobrol, Jess asyik melihat berbagai piagam dan piala penghargaan Barret semasa aktif di kepolisian.
Karena Barret polisi tua yang banyak omong, Cardillo memutuskan untuk pergi ke apartemen Bergkamp di lantai dasar. Jess diminta untuk terus membujuknya. Troy marah atas sikap Cardillo. Tapi mereka akhirnya berdamai setelah Cardillo berjanji akan segera kembali. Troy pun ikut mengantar Cardillo ke lantai bawah. Mereka turun ke bawah lewat apartemen padat kamar tapi lorongnya sempit dan tak muat dua orang berpapasan. Apartemen Bergkamp memakai sistem proteksi canggih. Pintu apartemen pakai kunci pintu elektronik. Di atasnya ada kamera cctv. Bergkamp muncul dipintu dan diminta segera ikut mengungsi. Ia tak mau. Troy gantian membujuk. Cardillo mendengar ada keributan di pintu masuk apartemen. Ia pergi ke sana.
Dari balik pintu masuk apartemen, Cardillo melihat pengelola apartemen ditembak di tengah hujan oleh sekawanan pria tak dikenal. Para pelaku juga melihatnya. Mereka mengejar ke dalam apartemen. Cardillo lari ke apartemen Bergkamp dan mengajak Troy dan Bergkamp segera melarikan diri karena ada penjahat berdatangan. Cardillo mengajak mereka naik ke apartemen lain yang ia tahu. Apartemen Griffin di lantai 3. Griffin baru akan memberi makan kucingnya dengan bak besar penuh makanan. Kucing apa makan sebanyak itu? Ketiga tamunya kaget karena kandang sang kucing, alias salah satu kamar di apartemen Griffin, dipasangi banyak gembok. Kucing itu pun terus-menerus mendobrak pintu dari dalam karena sudah kelaparan.
Griffin tak mau bilang makhluk apa di balik pintu bergembok banyak itu. Ia hanya bilang, sambil melirik boneka berbaju polisi yang robek-robek di sudut kamarnya, peliharaannya dilatih untuk tak suka polisi. Ia lantas membuka pintu kandang dan dengan cepat terseret ke dalam. Griffin berteriak minta tolong Cardillo membawakan bak makanan. Jangan lupa melepas baju polisi. Cardilo masuk ke kamar gelap tempat si kucing berada, menyorongkan bak makan dengan kaki, dan Griffin minta tangannya cepat-cepat ditarik. Cardillo berhasil menyeret Griffin keluar. Tapi ia terluka parah. Ada gigitan di pahanya. Troy, yang kebetulan seorang dokter, segera menanganinya.
Para penjahat bersenjata masih berada di lantai bawah. Pemimpinnya, dikenal dengan nama John the Baptist (David Zayas), adalah kriminal yang kejam. Di awal film, ia ditampilkan sebagai sosok pria berpakaian jas yang sedang mengamati seorang ibu tua yang datang ke bank. Ia kemudian muncul di selasar mewah bank, menodong ibu-ibu tadi, dan ikut ke ruang safe deposit box. Ada beberapa barang di kotak penyimpanan itu. Ia mengambil gulungan kecil lukisan dan tersenyum. Tapi bukan cuma itu yang dicarinya. Ia bertanya dimana barang yang diinginkannya berada. Ibu tua tadi memberi tahu. Saat keluar dari bank, ia menembak wanita itu di keramaian nasabah bank.
Yang diberitahukan ibu tua tadi ternyata apartemen pak tua yang ada di lantai 1. Apartemen Bergkamp. John menyuruh beberapa anak buahnya mengejar polisi yang lari ke lantai tas. Ia dan seorang anak buahnya meledakkan pintu elektronik apartemen Bergkamp dan pergi ke ruang bawah tanah. Di ruangan yang sudah mulai dibanjiri air akibat badai, mereka menemukan apa yang dicari. Lemari besi. Sayangnya, lemari itu sulit dibobol. Mereka harus kerja keras. Film pun beralih ke Cardillo yang berkelahi dengan anak buah John saat keluar dari apartemen Griffin. Keduanya jatuh ke lantai dasar. Mendengar letusan senjata, Barret keluar dan dari atas menembak anak buah John yang berkelahi dengan Cardillo.
Barret mengajak Jess ke apartemen nomor 44, milik mantan anggota DEA, yang punya koleksi senjata. Ketika sedang memilih-milih senjata, anak buah John muncul. Barret baku hantam dengannya. Jess akhirnya berhasil menembak anak buah John. Tapi Barret ternyata tertembak di perut meski sudah pakai rompi anti peluru. ”Lemakku sudah banyak. Rompi jadi kekecilan,” candanya.
Di lantai bawah, saat air sudah merendam hingga sepinggang, John dan anak buahnya berhasil membobol lemari besi. Ketika dibuka, lemari itu kosong melompong. Anak buahnya pun bertanya apa yang sebenarnya dicari John. ”Poppy Flowers. 55 juta dolar. Van Gogh,” kata John, menyebut lukisan karya Vincent Van Gogh yang hanya berukuran 65 cm x 54 cm.
Meski tak menemukan lukisan yang dicari di apartemen Bergkamp, John amat yakin lukisan Van Gogh ada disuatu tempat di gedung apartemen itu. Ia memutuskan untuk menyusul anak buahnya ke lantai atas. Ia bertemu Barret dan Jess dan memberondongkan tembakan. Barret tertembak parah (dan akhirnya meninggal). Jess diringkus dan disandera di apartemen kosong. Tiba-tiba hujan berhenti dan badai menghilang. ”Mata badai,” kata John, menyebut fenomena saat badai berhenti sebentar sebelum akhirnya datang lagi dengan kekuatan puncak. Badai reda, radio polisi pun berfungsi kembali. Cardillo terdengar memanggil-manggil Jess. John membalasnya dan bilang agar Cardillo membarter Jess dengan lukisan milik pak tua. Di apartemen Griffin, Cardillo langsung memandang Bergkamp. Pak tua itu mengangguk. Bergkamp cerita kalau ia punya banyak lukisan warisan Nazi. Tapi ia bukan Nazi. Ayahnya yang Nazi.
Cardillo, ditemani Bergkamp, bertemu John the Baptist di apartemen 53B. John gembira menjumpai Poppy Flowers terpasang di dinding. Ia juga melihat lukisan mahal lain di sana. Sementara Cardillo jadi tahu kalau apartemen milik Barret jadi gudang penyimpanan lukisan mahal warisan Nazi. Pantas saja pak tua dan Barret tak mau pergi mengungsi. Cardillo juga mengajak John membuka kamar rahasia yang berisi lebih banyak lukisan lagi. Sebagian terpasang di dinding, sebagian ditumpuk di sana-sini. John luar biasa gembira. Jess pun dibebaskan. Karena ia tadi sempat melihat mobilnya remuk tertimpa tiang listrik, John minta mobil van polisi yang dipakai Cardillo untuk mengangkut lukisan. Dan agar leluasa kabur, ia juga minta seragam polisi yang dipakai Cardillo.
Seperti biasa, penjahat akan menghabisi para saksi mata. John menembak mati Bergkamp. Ia juga akan membunuh Cardillo dan Jess. Tapi Cardillo punya penawaran lain. Katanya, meski mahal, semua lukisan itu hanya pengecoh. Lukisan paling berharga ada di tempat lain. John tak jadi membunuh keduanya. Di simpan di mana? Di apartemen 33B. Apartemen Griffin. John terpana ketika melihat lukisan kecil di dinding apartemen Griffin. ”The Concert. Johannes Vermeer. 200 juta dolar,” decaknya, mendeskripsikan lukisan berdimensi 69 cm x 63 cm itu. Griffin dan,Troy sudah tak berada di apartemen itu. Mereka pergi berbarengan dengan Cardillo yang menemui John.
John the Baptist memandang berkeliling melihat isi apartemen Griffin. Ada beberapa lukisan lagi terpasang di dinding. Dan ada pintu dengan banyak gembok. Cardillo bilang ia tak tahu apa isi kamar yang dipasangi banyak gembok itu. John menodongkan pistol dan menyuruh Cardillo membuka gembok. Cardillo membukanya. John berdiri tepat di depan pintu. Cardillo menarik pintu dan bergerak mundur mengikuti pintu. Di dalam kamar, binatang peliharaan Griffin memandangi sosok berseragam polisi di pintu yang terbuka. Di luar kamar, Jess dan Cardillo melihat macan tutul hitam dengan cepatnya menyambar John.***
Pemeran : Mel Gibson, Emile Hirsch, David Zaya, Kate Bosworth, Stephanie Cayo, William Catlett,
Sutradara : Michael Polish
Studio : EFO Films / Grindstone Entertainment
Genre : Aksi, Bencana
Rilis : Juni 2020
Durasi : 91 menit