Deep Blue Sea 3 — Amukan Hiu Banteng Penyembuh Alzheimer

You are currently viewing Deep Blue Sea 3 — Amukan Hiu Banteng Penyembuh Alzheimer
  • Post category:Explore / Film

Film Deep Blue Sea 3 dibuka dengan kedatangan 3 ekor ikan hiu, yang hanya terlihat siripnya, ke perkampungan nelayan di tengah laut. Tidak mirip perkampungan laut ala film Water World (1995) yang bersosok benteng baja, tapi lebih mirip perkampungan nelayan di Indonesia. Meski sama-sama dari kayu, perkampungan bernama Little Happy itu tidak berupa perkampungan rumah panggung. Jalan dan lantai rumah di sana hanya sekitar 10 centimeter lebih tinggi dari permukaan air laut. Perkampungan yang berada di Selat Mozambik, Republik Mozambik, negara di Afrika Timur, bisa seperti itu karena beberapa waktu sebelumnya, akibat global warming, permukaan air laut naik dan merendam perkampungan.

Karena sudah relatif tenggelam, perkampungan Little Happy dianggap sudah tak layak huni. Dari 800 penduduk, yang tersisa hanya pasangan suami-istri Bahari (Siya Mayola) dan Nandi (Avumile Qonggo), plus 4 orang peneliti biologi laut yang dipimpin Dr Emma Collins (Tania Raymonde). Setelah adegan pembuka kedatangan 3 hiu tadi, Dr Emma menyambut penonton sebagai seorang vlogger. Ia mengisahkan sedikit sejarah Litlle Happy, yang disebutnya pulau buatan, dan aktivitas penelitian yang dilakukannya di sana di setiap musim panas, serta kegiatan konservasi dan pengembangbiakan hiu putih. Kegiatan itu dilakukan atas nama yayasan milik ayahnya, Nick Collins Fin Foundation.

Bersama Eugene Shaw (Emerson Brooks), pengawal pribadi yang ditugasi ayahnya, Emma mengajak penonton vlog menyelam di kawasan pengembangbiakan hiu putih. Dan sebenarnya, bukan mereka yang mengembangbiakkan. Yang mereka lakukan hanyalah menjaga ekosistem bawah laut agar sesuai dengan pola hidup hiu putih. Setiap tahun hiu putih menjadikan terumbu karang di bawah Little Happy sebagai tempat melahirkan anak. Emma bertemu dengan Sally, hiu putih betina yang tiap musim panas –selama tiga tahun terakhir– selalu hadir di sana. Mereka sudah bersahabat. Tapi kali itu, entah kenapa, Sally agak nakal dan sempat mendorong Emma dengan keras ke dinding karang.

deep blue sea 3

Hiu Pintar yang Super Ganas

Kembali ke permukaan, ke salah satu pondok yang jadi markas riset, Emma berkumpul dengan 2 anak buahnya: Miya (Reina Aoi), mahasiswi biologi kelautan berdarah Jepang dari Toba Institute of Marine Technology, dan Spinnaker (Alex Bhat), alumni MIT yang jago komputer. Bersama-sama mereka mengembangkan database Triton, yang mendata semua aneka biota laut yang ada di area bawah Little Happy, mulai dari ikan hiu sebesar Sally sampai ikan berukuran 1 centimeter. Mereka telah memasang peralatan sonar di banyak titik di kawaan itu dan mengolah datanya dengan komputer AI (artifical intelligence). Hasil yang sudah terihat adalah tampilan di layar komputer yang terlihat seperti akuarium dengan banyak ikan yang berenang ke sana-kemari.

Emma menanyakan drone selam yang rusak kepada Spin, panggilan Spinnaker. Ternyata dinamonya masih harus diperbaiki. Bagaimana dengan database Triton? Baru 65 persen ikan yang terdeteksi. Mereka perlu memasang lebih banyak sensor sonar lagi. Giliran Miya yang ditanyai soal pekerjaannya. Ia bilang belum bisa menemukan Nemo, menyitir film kartung Finding Nemo (2003). Mereka tertawa. Ikan kecil itu mungkin masuk ke dalam 35 persen biota laut yang belum terdeteksi. Tentang hal serius, Miya melaporkan kalau jumlah hiu putih menurun 6 persen dari tahun lalu. Induk maupun anak. Menurut Emma, itu aneh.

Sementara itu, di laut lepas tak jauh dari Little Happy, kapal riset kelautan Thasos baru saja menangkap seekor hiu banteng. Periset di kapal itu adalah Richard Lowell (Nathaniel Buzolic), teman Emma semasa kuliah. Jika Emma memilih riset kelautan lewat yayasan, Richard lebih suka melakukan riset kelautan yang dimodali perusahaan farmasi besar. Hiu banteng yang ditangkap dalam keadaan mati, bernama Bella, adalah salah satu hiu yang ditelitinya. Bella meloloskan diri dari laboratorium Genotics Labs, perusahaan yang berada di muara Sungai Orange, sungai di perbatasan Afrika Selatan, yang berada di barat daya Mozambik. Richard ditugai memburu Bella dan anak-anaknya. Ia ditemani seorang pemburu bayaran spesialis hiu: Lucas (Bren Foster).

Bella adalah induk dari dari 3 hiu yang tampil di awal film. Berarti masih ada 3 hiu yang lolos? Betul. Bella sudah dipasangi tracker dan ditemukan saat sudah mati. Dan sebagai hiu, mereka bukan hiu banteng sembarangan. Perusahaan farmasi tempat Richard bekerja menjadikan ketiganya sebagai obyek penelitian peningkatan kemampuan otak. Hiu banteng itu menjadi hiu yang berintelejensi tinggi. Efek sampingnya, hiu banteng itu jadi super ganas dan cepat lapar. Apa saja dilahap, termasuk memakan sesama ikan hiu. Dan sang induk dengan pintar membawa anak-anaknya ke kawasan Little Happy, yang punya lembah laut dengan amat banyak ikan.

Ingin kerja lebih cepat, Richard dan Lucas datang ke Little Happy, untuk minta bantuan Emma. Setelah berkangen-kangenan, Richard bilang ingin tahu apakah komputer Emma bisa melacak keberadaan hiu banteng. Ia cerita kalau hiu banteng yang diburunya sudah menewaskan beberapa orang di sepanjang Sungai Orange. Mereka menyerang sasarannya secara berkelompok seperti ikan lumba-luba. Setelah dilihat langsung, dan juga menyimak rekaman Triton beberapa pekan terakhir, tak ada jejak kehadiran hiu banteng di kawasan itu. Richard senang. Ia lantas mengajak Emma melihat-lihat kapalnya. Di laboratorum mewah di lantai bawah kapal Thasos, Emma melihat otak Bella sudah diambil untuk diteliti Richards.

deep blue sea 3

Memburu Hiu Banteng

Untuk memuaskan para tamunya, Emma dan Richard, serta beberapa penyelam Thasos, menyelam ke dasar laut di sekitar Little Happy. Mereka menyelam di area pembiakan hiu yang penuh dengan hiu putih yang mondar-mandir bersama anak-anaknya. Agar bisa memeriksa area lebih luas, mereka berpencar. Saat menyelam sendirian, Emma terkejut melihat dua hiu putih mati tergeletak di dasar laut. Sebagian tubuh hiu sudah hilang bekas digigit hiu lain. Emma yakin keduanya baru saja mati. Richard datang ke lokasinya dan mengajak Emma naik. Belum sempat bergerak, seorang anak buah Richard terlihat menuju ke arah mereka. Ketika sudah dekat terlihat kalau orang itu sudah tak memiliki bagian tubuh dari pinggang ke bawah.

Ketika sudah kembali ke Liltte Happy, Emma mendesak Richard menjelaskan apakah semua kejadian tadi merupakan perbuatan hiu banteng. Mereka seolah menjadikan tempat pembiakan hiu di bawah Little Happy sebagai tempat mencari makan dengan gampang. Padahal biasanya hiu putih lebih perkasa dari hiu banteng. Richard yakin begitu. Ada kemungkin hiu banteng lebih cepat beradapatasi dengan perubahan iklim. Karena itu ia diminta Genotics Labs untuk melakukan evaluasi otak hiu banteng untuk kepentingan bisnis farmasi. Emma kesal mendengar jawaban itu. Mestinya Richard sejak awal memberitahukan hal itu. Richard tak mau menjelaskan lebih jauh karena ia masih shock dengan kematian anak buahnya.

Kematian anak buah Richard tak membuat perburuan berhenti. Emma pun mau tak mau harus membantu karena tak ingin hiu banteng menyikat habis biota laut di kawasan Little Happy. Dan sebelum penyelaman dimulai kembali, Emma minta Spin untuk meng-hack sistem tracker Bella, untuk mengetahui kemana saja Bella sudah berenang. Richard dan anak buahnya pun kembali menyelam sambil dipandu Miya yang melihat pergerakan ikan hiu di layar komputer.

Setelah agak lama menyelam, seekor hiu banteng besar terlihat bereang menuju para penyelam. Ketika mereka sudah bersiap dengan senapan bius, sang hiu berbelok menuju laguna Little Happy: area dangkal yang dikelilingi bangunan di Little Happy. Richard mengejarnya tapi diperingatkan kalau area itu tak dimonitor Triton. Richard nekat dan berhadapan dengan sang hiu. Ia melepas tembakan tapi hiu berkelit. Emma bergegas keluar dan menembak hiu dengan peluru bius. Ia langsung menceburkan diri, menyelam, dan melihat Richard dalam kondisi didigit hiu, tapi sang hiu sudah pingsan karena terkena tembakannya. Richard bisa diselamatkan dan hanya menderita luka gigitan hiu banteng. Richard menyuruh Lucas mengambil hiu yang pingsan dari dasar laut.

deep blue sea 3

Seamageddon dan Lompatan Evolusi

Spin berhasil mendapatkan data tracker Bella. Ternyata Bella bukan terlepas dari Sungai Orange di Afrika Selatan. Bella terlacak keluar dari laboratorium milik perusahaan Akheilos di tepi pantai Mozambik. Laboratorium milik miliarder farmasi Carl Durant itu beberapa waktu lalu ramai jadi pemberitaan karena laboratoriumnya hancur dan tenggelam. Emma mendatangi Richard di kapal Thasos dan minta Richard bicara jujur. Belum sempat Richard menjawab, terdengar suara benda keras menghantam kapal. Rupanya, dua hiu banteng yang belum tertangkap datang dan menyerang kapal. Keduanya menabrak kaca observasi di dinding kapal. Emma tercengang dengan keganasan hiu itu. Richard segera naik ke atas. Dengan mengunakan kerekan, ia menggantung hiu yang sudah tertangkap ditepi kapal dan mengacungkan senapan ke arah hiu. Di bawah, dua hiu melihat ulah Richard. Kedua hiu terdiam dan kemudian pergi.

Richard pun memberi penjelasan ke Emma. Katanya, dulu mereka melakukan riset dengan mengambil otak ikan hiu mako (ikan hiu yang banyak ditemui nelayan) yang diketahui mengandung protein yang bisa menyembuhkan Alzheimer. Meski riset berhasil, otak hiu mako ternyata tak bisa menghasilkan banyak protein. Mereka lantas melakukan rekayasa genetika agar otak mako bisa diperbesar. Kemudian masuk Carl Durant sebagai investor dan dia punya agenda lain. Ia mengalihkan riset rekayasa genetika ke hiu banteng (bull shark), yang terkenal pintar, dengan harapan bisa membuat hiu itu makin pintar. Jika berhasil, metode serupa akan diterapkankan kepada manusia, dan bukan sekedar jadi obat Alzheimer. Carl Durrant ingin melakukan ‘lompatan evolusi’.

Carld Durrant meledakkan Akheilos untuk mencegah hiu banteng (Bella dan 3 anaknya) meloloskan diri dari laboratorium. Tapi ketiganya berhasil lolos juga. Setelah Durrant ikut meninggal dalam ledakan Akheilos, hak paten obat Alzheimer beralih ke Genotics Labs. Perusahaan ini menyadari potensi rekayasa genetika eks-Akheilos dan kemudian memerintahkan Richard untuk memburu Bella dan anaknya. Jika dibiarkan, ketiganya akan semakin pintar dengan sendirinya, sekaligus semakin ganas, dan semakin cepat dewasa. Jika sudah dewasa, mereka akan kawin dan berkembang biak dengan cepat pula. Emma marah dengan penjelasan Richard. Ketika Emma menceritakan hal ini kepada rekan-rekannya, mereka menyebutnya sebagai ”seamageddon” alias kiamat bagi lautan.

deep blue sea 3

Tsunami untuk Little Happy

Tanpa diketahui Richard, Lucas –si pemburu bayaran spesialis hiu– ingin segera menuntaskan pekerjaannya menangkap dua hiu banteng yang tersisa. Bersama penyelam lain ia memasang bom di area pembiakan hiu putih di dasar laut Little Happy. Targetnya, jika hiu banteng datang untuk cari makan, bom itu akan diledakkan, menciptakan gelombang tsunami besar, menghancurkan Little Happy, dan pasti menewaskan hiu banteng. Emma mengkonfirmasikan hal itu ke Richard. Richard tak tahu menahu. Lucas muncul dan tertawa. Ia bilang bahwa Genotics Labs tak peduli dengan riset otak hiu Richard. Yang penting bagi mereka adalah hiu banteng ganas mati sebelum beranak-pinak. Mereka hanya ingin mengamankan hak paten Alzheimer. Mereka juga tak peduli ada orang yang harus mati atau Little Happy hancur. Usai bicara, Lucas langsung menembakkan granat ke berbagai bangunan di Little Happy. Emma dan anak buahnya pun berusaha menyelamatkan diri.

Richard, setelah kalah berkelahi dengan Lucas, dibawa ke kapal Thasos. Mereka siap menjauhkan Thasos dari Little Happy yang bakal ditelan tsunami. Di atas kapal, Lucas memberi kesempatan terakhir kepada Richard untuk memilih ikut dengannya dan menerima bayaran dari Genotics Labs, atau ingin bertahan bersama Emma dan kawan-kawan di Little Happy. Sempat bilang hiu banteng lebih manusiawi ketimbang Lucas, karena mereka peduli temannya yang tertangkap, Richard memilih untuk bergabung dengan Emma. Ia pergi ke ujung depan kapal, meloncat ke laut, dan happpp… seekor hiu banteng loncat dari air dan langsung menerkamnya. Emma dan kawan-kawan hanya bisa melongo menyaksikan kejadian ekstrem itu.

Emma sendiri lantas menyelam untuk mengambil bom yang dipasang Lucas dan Shaw nanti akan mencoba menjinakkannya. Di atas, Spin akhirnya disambar hiu banteng. Di dalam air, Emma berhasil mengambil bom. Tidak dibawa ke Little Happy, bom bermagnet itu ditempelkan Emma ke dasar kapal Thasos. Setelah kembali ke Little Happy, Emma bersama Shaw dan Nandi melihat kapal Thasos mulai bergerak meninggalkan perkampungan Little Happy. Lucas melambaikan tangan sambil memegang tombol detonator. Ketika tombol ditekan, ledakan terdegar, dan Thasos pun tenggelam. Hiu banteng terlihat berenang di sekitar lokasi kapal.

Merajang Hiu Ganas

Little Happy, walau sudah hancur lebur, selamat dari ancaman tsunami. Spin dan Miya sudah tak kelihatan. Hanya tersisa Emma, Shaw, dan Nandi. Plus masalah hiu banteng yang ganas masih tersisa? Shaw mengajak Emma pulang ke daratan. Emma tak mau. Ema ingin hiu banteng dimusnahkan karena mengancam kehidupan laut. Nandi, yang suaminya Bahari sudah disantap hiu saat mancing, setuju. Karena tugasnya memang jadi bodyguard Emma, Shaw tak punya pilihan lain selain membantu keduanya. Emma ingat Richard meninggalkan tas berisi alat pemanggil Bella. Hiu keturunan Bella pun, berkat rekayasa genetika, terkoneksi dengan frekuensi yang dipancarkan alat itu. Dengan kata lain, bukan mereka yang akan memburu hiu, tapi hiu yang akan mereka undang ke Little Happy.

Ditempelkan ke drone bawah air, alat pemanggil Bella dijalankan di dasar laut. Cara itu berhasil dan hiu digiring ke laguna Little Happy. Apesnya, saat sudah dekat, drone tersangkut jaring ikan, sementara hiu masih terlalu jauh dari jangakauan tombak yang jadi satu-satunya alat mematikan yang tersisa. Shaw terjun untuk membebaskan drone dari jeratan jaring. Drone berhasil dibebasakan, Shaw erenang ke permukaan, dan hiu sudah mengelilinginya. Sudah tak bisa dialihkan lagi perhatiannya dengan pemancar, hiu itu menyerang Shaw. Tapi Shaw punya anak panah berpeledak peninggalan Lucas. Ketika hiu mendekat, ia menancapkan anak panah dan meledak bersama hiu.

Emma dan Nandi menangisi tewasnya Shaw. Tapi mendadak Lucas muncul. Ia tidak tewas bersama tenggelamnya Thasos. Ia menyerang Emma dan akhirnya terbunuh setelah Emma menancapkan belati di dadanya. Bernafas lega sebentar, Emma melihat seekor hiu banteng masih berkeliaran. Melirik ke mesin perajang sampah di seberang sana, ia segera terjun dan berenang memasuki mesin itu. Sang hiu mengikuti masuk tapi sebagian badannya terjepit pintu. Dan memang itu rencana Emma. Ia akan memotong dan merajang sang hiu. Masalahnya, tombol penghidup mesin berada di luar, dan pintu keluar dari mesin macet terganjal kayu reruntuhan bangunan. Tapi tangan Emma akhirnya bisa menjangkau tombol dan menghidupkan mesin. Karena mesin hidrolik, reaksinya lamban. Mulut hiu dengan gigi yang tajam hampir mencapai tubuh Emma ketika mesin itu bekerja. Emma harus menendang hiu dengan kaki. Tapi akhirnya mesin perajang sampah bekerja. Hiu tewas.

Emma dan Nandi tak punya pilihan lain selain kembali ke daratan. Dengan sampan yang punya layar, mereka menuju daratan. Dalam perjalanannya, mereka berpapaan dengan sebuah lemari dari Little Happy yang mengambang terbawa arus. Ketika ditarik mendekat, Miya keluar dari dalam lemari sambil menghunus pisau. Ia menangis gembira bisa berjumpa lagi dengan Emma dan Nandi. Mereka pun meneruskan perjalan ke daratan. Kembali ke peradaban, kata Emma. ***


Film Credits

Pemeran : Tania Raymonde, Nathaniel Buzolic, Emerson Brooks, Bren Foster, Reina Aoi, Alex Bhat, Siya Mayola, Avumile Qongqo
Sutradara : John Pogue
Studio : Roserock Films / Warner Bros Home Entertainment
Genre : Fiksi Ilmiah, Horor
Rilis : Juli 2020
Durasi : 99 menit (1 jam, 39 menit)