Lima tentara Amerika mendapat tugas menggantikan rekan mereka dalam mengamankan sebuah kastil atau rumah mewah besar dari serangan Nazi semasa Perang Dunia II (1944). Perlu beberapa hari bagi mereka untuk berjalan kaki mencapai kastil yang berada di Perancis itu. Dalam perjalanan, mereka sempat meledakkan jip Gaz Nazi dengan ranjau. Seorang tentara Nazi yang selamat (diperankan Billy Zane, pemeran utama di film Phantom) sempat diajak bertinju sebelum akhirnya ditembak mati. Penumpang yang lain dicungkil gigi emasnya. Gigi emas itu, dan ternyata sudah banyak yang dikumpulkan, akhirnya diserahkan ke seorang ibu beranak satu yang ikut dalam rombongan pengungsi.
Setelah di malam hari melewati kota kecil yang jadi lautan api, paginya mereka sampai di kastil yang disebut milik keluarga Helwigs. Mereka melihat jip Willys tentara Amerika terparkir di halaman. Seorang prajurit yang tertidur di kursi penumpang dibangunkan dan langsung lari ke dalam menemui rekan-rekannya. Ketua regunya langsung memerintahkan anak buahnya untuk bersiap dan segera pergi dalam waktu 5 menit. Chris (Brenton Thwaites), ketua regu tentara yang baru datang, sempat bertanya mengapa pergi terburu-buru, tapi tak diindahkan. Mereka cuma bilang kalau makanan tersedia banyak dan tiap minggu datang kiriman baru. Sebelum pergi, mereka menyerahkan radio komunikasi yang rusak.
Aku Tak Punya Kaki
Chris dan kawan-kawan menghabiskan hari dengan berkeliling ke berbagai kamar, ruang bawah tanah, dan loteng di rumah besar itu, yang biasa dipakai rapat Pasukan Sekutu jika merancang strategi pertempuran. Tak ada hal menarik yang mereka temukan. Malam harinya, usai santap malam, mereka ngobrol ngalor-ngidul. Chris melihat Eugene (Skylar Astin), anak buahnya yang kutu buku, asyik membaca sebuah buku tebal. Eugene bilang buku itu catatan harian Dieter Werner, tentara Jerman yang dulu bertugas di rumah itu. Ia menemukannya di antara tumpukan barang di gudang bawah tanah. Setelah membaca sekilas ia bilang ia paham apa yang membuat Werner meninggalkan buku itu. Belum sempat cerita lebih lanjut, Eugene menyuruh mereka diam. Ia mendengar suara berisik di dinding yang terdengar teratur seperti sandi morse. Eugene menerjemahkannya menjadi kalimat: ”Aku tak punya kaki.”
Mereka semua langsung terdiam. Mendadak ada sesuatu yang jatuh di perapian. Tappert (Kyle Gallner), sniper regu itu, mengangkat barang jatuh itu dari perapian. Ternyata cuma bajing yang jatuh dari cerobong asap. Mereka sepakat pergi tidur dan besok akan mencoba memahami makna kalimat seram tadi. Tappert tidak tidur karena akan berjaga di loteng. Butchie (Alan Ritchson), tentara yang tadi bertinju dengan Billy Zane, tidur di kamar anak-anak. Tengah malam ia terbangun karena jam meja berornamen penari balet berbunyi. Eugene tidur dikamar lain yang di mejanya terdapat pigura foto keluarga. Ketika terbangun tengah malam, ia melihat pigura itu sudah kosong. Tappert yang mengamati situasi lewat teropong senapannya sempat kaget karena salah satu patung di halaman mendadak hilang.
Keesokan harinya Chris bertanya adakah yang mau berbagi cerita tentang yang apa yang dialami sepanjang malam. Tak ada yang bicara. Eugene, yang juga pakar elektronik di kelompok itu dan sudah bisa memperbaiki radio komunikasi yang ditinggal penjaga lama, akhirnya angkat bicara. Tapi bukan soal kejadian aneh yang ia alami tadi malam. Ia bilang telah mendengar percakapan di radio bahwa satu truk pasukan Jerman malam itu akan lewat dalam perjalanan dari Nuremberg ke sebuah kamp di Strasbourg. Kirk (Theo Rossi) usul agar mereka sembunyi di hutan dan menyergap tentara Jerman di jalan. Tapi mereka akhirnya sepakat untuk tetap tinggal di situ. Chris, Kirk, dan Butchie mengumpulkan perabot untuk dipasang di ruang tamu sebagai benteng perlindungan. Tappert dan Eugene pergi ke loteng untuk melapangkan area jendela yang jadi tempat Tappert mengamati situasi halaman kastil dari loteng. Ketika menggulung karpet di loteng, mereka menemukan gambar bintang pentagram di lantai. Mereka cuma komentar kalau Hitler memang suka mistis.
Pasukan Jerman Dibantai Hantu
Malam hari, saat bersiaga menghadapi kedatangan tentara Jerman, mereka mendengarkan lagi radio komunikasi militer. Terdengar suara perempuan bicara bagai tukang sihir yang meramalkan kehancuran dan keabadian di hari kiamat. Mereka mulai merasa kastil yang mereka jaga ada hantunya. Dan tak lama kemudian suara ketukan di dinding terdengar lagi. Kode Morse baru itu berbunyi, ”Jika kalian pergi, kalian akan mati”. Seperti di malam sebelumnya, mereka tetap tak paham maksudnya. Dan suara truk pun terdengar di luar. Pasukan Jerman benar-benar mampir ke kastil. Tappert langsung lari ke posnya di loteng. Chris dan rekan-rekannya bersiaga di balik benteng perlindungan di ruang tamu. Baku tembak pun terjadi dan akhirnya mereka melihat granat dilemparkan ke ruang tamu. Entah bagaimana ceritanya, dan apa perlunya, Butchie nekat menutupi granat itu dengan badannya.
Setelah ledakan granat, Chris dkk berpencar. Kirk lari ke lantai atas dan sembunyi di balik pintu kamar mandi. Seorang perwira Jerman mengikutinya. Kirk melihat perwira itu tiba-tiba terdorong ke dalam bathtub, badannya tenggelam, dan seolah ada orang yang menahannya. Perwira itu tewas di dalam air. Di lantai bawah, seorang tentara Jerman mendadak ditarik oleh sebuah sosok, didudukkan di kursi, dan kemudian terbakar. Di loteng, Tappert, yang sudah menembaki banyak tentara Jerman dari loteng, segera sembunyi ketika tahu ada tentara Jerman menaiki tangga. Lama menunggu, ia keluar dari persembunyian dan melihat tentara Jerman itu sudah tewas di tali gantungan.
Butchie tidak tewas tapi terluka parah. Ia ditunggui Chris. Kirk dan Eugene sibuk membantu Tappert mengangkuti mayat tentara Jerman ke atas truk untuk dibuang. Beres dengan semua itu, mereka berkumpul, membahas peristiwa semalam, dan sampai pada kesimpulan bahwa rumah itu benar-benar berhantu. Eugene lantas bilang kalau kejadian semalam persis seperti yang terjadi pada keluarga Helwigs, seperti yang tertulis di catatan harian Dieter Werner. Meski tergolong bangsawan Perancis, Helwigs masih punya darah Yahudi. Tentara Jerman pun mendatangi rumah itu, membakar Pak Helwig di perpustakaan, menembak istrinya di mulut, menenggelamkan putranya di bathtub, dan menggantung putrinya di loteng. Jenazah mereka dibuang entah kemana. Mereka jadi bertanya-nyata kalau yang semalam muncul adalah hantu keluarga Helwigs yang gentayangan karena tidak dikubur dengan sempurna.
Waktu Terus Berulang
Kirk dan Eugene usul agar mereka segera meninggalkan rumah itu. Chris bilang mereka akan dianggap disersi jika melakukannya. Tappert sepaham. Mereka lantas berpencar untuk mencari apa saja, dokumen ataupun barang, yang bisa membantu mereka memahami apa yang terjadi dengan kastil Helwigs. Hingga malam hari mereka tak menemukan apapun yang berkaitan dengan hantu keluarga Helwigs. Mereka masih terus mencari ketika akhirnya mendengar Butchie berteriak-teriak. ”Ini tidak nyata. Ini tidak nyata.” Setelah diberi morfin, Butchie tenang lagi. Tapi tak lama ia berteriak histeris lagi. ”Ini semua tentang kita. Ini semua tentang kita.” Setelah itu ia kejang dan meninggal. Malam itu mereka sepakat akan mengubur Bugsie dengan benar esok pagi dan kemudian mempersetankan mahkamah militer. Mereka akan pergi dari kastil Helwigs.
Keempat tentara itu benar-benar meninggalkan kastil Helwigs. Sambil berjalan kaki mereka merundingkan cerita apa yang akan mereka sepakati untuk dilaporkan ke komandan. Obrolan terhenti saat mereka melihat iring-iringan pengungsi. Tappert mengunakan teropongnya untuk melihat para pengungsi. Ia lemas. Mereka pengungsi yang dulu pernah mereka temui saat berangkat ke Helwigs. Mereka berjalan lagi dan bertemu lagi dengan pengungsi itu. Bergerak terus mereka bertemu ambulan yang rusak, tapi mereka merasa salah arah. Mereka pun memutuskan berbalik arah, dan ternyata bertemu lagi dengan ambulan rusak tadi. Eugene bertanya ke teman-temannya apakah mereka pernah baca buku An Occurrence at Owl Creek Bridge. Buku klasik terbitan 1890 itu bercerita tentang tentara AS yang mengalami situasi seperti mereka: berjalan dan terus berjalan tetapi ternyata hanya berputar-putar di tempat yang sama.
Setelah beberapa hari, mereka akhirnya menyerah. Hantu di rumah Helwigs tak membolehkan mereka pergi. Mungkin mereka harus mengubur jenazah keluarga Helwigs dengan benar. Tapi di mana jenazah mereka? Eugene ditanya apa isi halaman terakhir terakhir catatan harian Dieter Werner. Halaman terakhir hilang. Ada yang menyobeknya. Mereka pun kembali ke kastil Helwigs. Menjelang malam, Chris menaburkan tepung putih ke lantai rumah. Ia ingin membuktikan hantu keluarga Helwigs benar-benar ada. Sembari menunggu datangnya hantu, mereka ngobrol ini-itu. Eugene tersentak ketika Tappert menyebut ”Vetrulek”, yang kata Tappert muncul dalam mimpinya beberapa hari terakhir. Menurut catatan Dieter, Vetrulek adalah kepercayaan kuno Islam bahwa ”jika seseorang membiarkan kejahatan terjadi, maka kejahatan itu akan menghantuinya sepuluh kali lipat.” Kepercayaan Islam kuno?
Vetrulek : Ritual Membangkitkan Mayat
Hantu yang ditunggu benar-benar datang malam itu. Telapak sepatu wanita membekas di tepung putih. Hantu Nyonya Helwigs mendekati Chris dan menyeretnya ke luar rumah menuju gudang di seberang rumah besar Helwig. Chris menjerit-jerit minta tolong. Tappert menembaki hantu. Rekan-rekannya mengejar dan menyusul masuk ke gudang. Chris ada di sana sendirian. Ia menunjuk ke bawah tangga sambil menutup hidung. Jenazah keluarga Helwigs ada di bawah sana. Saat menggotong keempat jenazah ke luar, Eugene menemukan selembar kertas yang ternyata lembaran terakhir catatan Dieter Werner. Mereka mengubur semua jenazah. Sebelum membacakan doa, Eugene menyempatkan diri membaca lembaran tadi. Dieter cerita kalau keluarga Helwigs ternyata bukan orang Perancis. Mereka orang Afghanistan. Rumah mereka jadi penampungan bagi orang Yahudi yang ingin melarikan diri ke Amerika. Kirk menyuruhnya berhenti dan memimpin doa jenazah. Urusan hantu keluarga Helwigs pun selesai. Serius?
Ketika Chris, Eugene, dan Kirk mengubur jenazah, Tappers berkeliling di dalam rumah. Ia melihat sosok wanita di lorong rumah. Ia menggunakan senapan snipernya untuk membidik. Tapi sosok itu sudah tak kelihatan di teropong. Ketika Tappert membalikkan badan, Nyonya Helwigs sudah berdiri di belakangnya.
Chris dan Eugene sedang mengemasi ranselnya ketika Kirk datang membawa peti antik. Mereka akan meninggalkan kastil Helwigs malam itu juga. Kirk minta temannya membantu membuka peti. Ketika terbuka, isinya hanya cerutu. Eugene jadi ingat kalau Dieter juga menyebut soal peti di lembaran terakhir catatannya. Ia membaca lagi catatan itu dan bilang kalau catatan berakhir setelah tulisan tentang peti dibuka. Setelah disimak lagi, ternyata ada catatan tambahan. Disebutkan kalau setelah jenazah dimakamkan, maka jenazah akan jadi punya kekuatan untuk bangkit kembali. Lampu ruangan kontan jadi hidup dan mati.
Di loteng, Tappert terlihat sedang menggelar ritual Vetrulek. Dia duduk bersila di atas gambar pentagram (bintang). Tulisan berbahasa Arab pun muncul mengikuti lingkaran yang mengelilingi pentagram. Lucunya, mungkin sutradaranya lupa, tulisan arab itu muncul dari kiri ke kanan. Bukan dari kanan ke kiri seperti lazimnya tulisan Arab.
Di lantai bawah, Chris bilang waktu istirahat sudah habis ketika melihat 4 sosok keluarga Helwigs muncul di ujung lorong. Mereka benar-benar bangkit. Para zombie itu menyerang mereka. Chris menembaki putri Helwigs. Kirk meledakkan putra Helwigs dengan granat. Eugene berurusan dengan sang ayah. Sang ibu mendadak muncul di belakang Chris dan menjedotkan Chris ke cermin. Ketika kaca cermin pecah, Chris langsung terbayang banyak kejadian. Dirinya ditenggelamkan di bathtub. Butchie yang berteriak-teriak. Sampai akhirnya Chris melihat 3 sosok dokter di hadapannya. Dokter yang pria, Dr Engel (diperankan lagi oleh Billy Zane), membujuk Chris untuk tenang. Seperti Butchie, ia berteriak ”Ini tidak nyata.”
Dari Perang Dunia II ke Perang Taliban
Chris akhirnya bisa mengatur nafas. Ia bertanya dirinya berada di mana. Dr Engel bilang ia dirawat di rumah sakit rahasia di Afghanistan. Chris pun jadi sadar dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Ia langsung menarik selimut yang menutupi kakinya. Kakinya sudah tak ada. Chris jadi ingat pada tugas militer terakhirnya. Mereka ditugasi menjemput keluarga dokter di Afghanistan yang selama ini bekerja pula sebagai mata-mata bagi militer AS. Saat akan pergi, pasukan Taliban datang. Chris dan kawan-kawan harus sembunyi di kamar rahasia. Sang dokter, karena tak mau mengakui aktivitas spionasenya, dibakar hidup-hidup. Sang ibu digantung. Anak laki-lakinya tewas dibenamkan di bak cuci piring. Anak perempuannya dipukul hingga tewas. Misi Chris dkk gagal. Saat akan meninggalkan rumah dokter, anak perempuannya mendadak muncul dengan bom di pinggang. Bom pun meledak.
Lantas, apa hubungannya dengan perang di Perancis? Dr Engel menjelaskan bahwa semua itu merupakan terapi bagi tentara yang mengalami trauma akibat cacat berat di medan perang. Terapi itu menggunakan simulator komputer dan situasi Perang Dunia II dianggap lebih cocok sebagai simulasi untuk penyembuhan trauma. Alasannya, selama Perang Dunia II suasana persahabatan sesama anggota pasukan masih amat kental. Chris bisa paham, tapi ia curiga simulator itu rusak karena Butchie bisa berteriak dan memberitahu kalau ”Ini tidak nyata.” Mereka juga mendapat pesan ”Aku Tak Punya Kaki.”
Ketika Dr Engel pergi, Chris meyakinkan asistennya untuk menyambungkan lagi dirinya ke simulator. Ia yakin bisa mengulang dan mengubah terjadinya peristiwa maut di Afghanistan. Chris pun dikoneksikan lagi ke simulator. Ia kembali ke saat ia terbangun tengah malam, dalam perjalanan ke kastil Helwigs, yang jadi pembuka film Ghost of War ini. Ketika itu, dalam gelap, ia melihat sesosok pria duduk di pohon dan menghisap cerutu. Saat itu Chris sempat bertanya: ”Apa yang kau inginkan?” ***
Film Credits
Pemeran : Brenton Thwaites, Alan Ritchson, Theo Rossi, Skylar Astin, Kyle Gallner, Billy Zane
Sutradara : Eric Bress
Studio : Miscellaneous Entertainment
Genre : Perang, Horor
Rilis : Juli 2020
Durasi : 95 menit