Explore

Medical Police — Dokter Anak Membongkar Konspirasi Virus Maut

Dua dokter anak harus terjun tanpa parasut di Berlin. Mereka mengejar penerjun terdahulu, yang sudah tewas sebelum terlempar ke luar pesawat, dan memakai parasut terakhir yang tersedia di pesawat. Berhasil mengejar, parasut di tubuh jenazah berhasil dibuka. Mereka mendarat bertiga di Jerman. Hebat? Tentu hebat. Keduanya bukan sembarang dokter anak. Mereka baru saja diangkat menjadi agen rahasia Divisi G932: divisi rahasia di lingkungan CDC (Center for Disease Control and Prevention), lembaga pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan AS. Tugas Divisi G932 ini adalah menjalankan operasi menumpas bio-terorisme: menemukan sumber penyakit dan menumpas pelaku kriminalnya.

Kedua dokter tadi sudah bergelar S3. Yang satu, Dr Lola Spratt (diperankan Erinn Hayes), dokter anak, dan yang satu lagi Dr Owen Maestro (Rob Huebel), dokter bedah anak. Mereka tidak bekerja di Amerika, melainkan di Sau Paulo, Brazil, di sebuah rumah sakit bagi para ekspatriat AS. Lola sedang istirahat siang ketika ambulan datang membawa mahasiswa yang kejang-kejang. Termasuk dokter IGD, Lola ikut menangani. Diperiksa sepanjang lorong menuju ruang IGD, ditemukan bercak-bercak merah di leher mahasiwa. Berhasil distabilkan dan tak kejang lagi, para dokter dan perawat dengan santai dan seenaknya mendorong kencang tempat tidur ke ruang IGD. Mereka tak ikut masuk ke ruang IGD.

Lola dan kawan-kawan dokter brengsek? Kerja seenaknya? Mungkin begitu cara kerja dokter IGD. Tapi mungkin begitu karena Medical Police adalah fim seri komedi. Karenanya tak usah heran pula kalau salah satu dokter teman Lola setiap hari mengecat mukanya seperti badut ala Joker di film Batman. Beres dengan pasien darurat tadi, mendadak datang lagi pasien dengan gejala kejang-kejang. Ditemukan juga bercak-bercak mereka di leher. Di tanya pasien dari mana, jawabanya sama, dari Universitas Sao Paulo. Kontan Lola dan kawan-kawan langsung lepas tangan dan angkat tangan sambil berteriak ”Ada wabah… Tim ber-APD lengkap pun langsung muncul dan mengambil alih pasien.

Lola tercenung dan termenung. Wabah apakah gerangan? Ia pun lantas menganalisis data kedua pasien tadi, membuka komputer, dan mulai mencari-cari informasi. Seolah tak ada pasien anak yang datang, ia terus mencari informasi sana-sini. Ia yakin wabah itu disebabkan oleh virus. Hingga larut malam, dan sempat di ganggu dokter badut yang penyuka Koala, Blake Downs (Rob Corddry), ia masih terus melakukan penelitian dan menguji berbagai sampel darah. Malam berganti pagi, ia masih juga sibuk. Kepala rumah sakit datang, marah-marah karena Lola lupa pada jadwal prakteknya. Ia menyuruh Lola berhenti karena virus itu bukan urusan dokter anak.

Sebagai dokter yang bertanggung jawab, Lola sadar harus melayani pasien yang datang. Tapi sebelum mulai kerja, ia sempat mengklik tombol Send untuk mengirim email ke CDC yang berisi hasil kajian tentang virus yang mewabah di Universitas Sao Paulo. Ketika istirahat siang, ia berniat pergi ke Universitas Sao Paulo. Kepala rumah sakit tahu dan menyuruh satpam menggembok roda mobilnya. Satu persatu temannya dimintai tolong untuk mengantarnya. Semua tak bisa. Karena ini komedi, ia mengulanginya sampai tiga kali. Akhirnya ia datang ke Dr Owen Maestro yang sedang melakukan operasi. Ia bilang tidak bisa sebelum ditanya. Ia sudah taruhan 10 dolar bahwa Lola pasti datang kepadanya. Lola menawari 12 dolar sebagai alternatif taruhan. Owen setuju dan menyerahkan operasi kepada teman-temannya. Bagai bancakan, mereka langsung mengeroyok pasien bedah.

Ruangan tempat para mahasiswa kejang-kejang sudah diisolasi CDC ketika Lola dan Owen tiba. Seorang petugas CDC, Sloane McIntyre (Sarayu Rao) datang menyambutnya. Ia bilang kalau laporan yang dikirim Lola sudah dibahas sampai tingkat direktur dan mereka langsung mengirim tim khusus untuk menanganinya. Sloane memperkenalkan diri sebagai agen rahasia Divisi G932 yang menangani bio-terorisme. Virus Unicorn termasuk yang ditanganinya. Apa itu virus unicorn? Virus yang belum pernah ada sebelumnya. Owen yang bersosok pintar-pintar bodoh ikut memperkenalkan diri sebagai dokter yang mantan detektif polisi, tapi tak dianggap oleh Sloane. Lola lantas diajak ikut ke kantor Sloane di Sao Paulo. Mereka pergi ke toko daging, menuju bagian belakang, lalu membuka pintu lift rahasia. Ruang bawah tanah toko daging itu rupanya menjadi markas Divisi G932.

Mereka kemudian mendiskusikan virus yang dilaporkan Lola. Lola juga ditanya apakah dia memang ahli virologi. Ia mengaku sewaktu kuliah dulu sempat ingin menjadi virolog, tapi akhirnya merasa cocok jadi dokter pediatri. Selagi berdiskusi, berita televisi mengabarkan wabah serupa muncul di Berlin. CDC makin yakin ini serangan bio-terorisme. Lola diajak terbang ke Berlin. Owen tidak. Ia akan pulang ke rumah sakit. Setiba di bandara, kepala rumah sakit sudah menunggu di luar pagar bandara dan melarang Lola berangkat. Mereka beradu mulut. Direktur mengancam memecat, Lola tak peduli. Lola dan Sloane, bersama beberapa agen lain, pergi dengan pesawat baling-baling.

Ketika berada di udara, Owen muncul dari toilet. Rupanya, ia tadi menyempatkan diri pergi ke toilet. Karena toilet penuh, ia keluar dan melihat pesawat parkir di luar (tak diceritakan bagiaman ceritanya markas G932 terkoneksi dengan bandara). Ia pun naik pesawat dan numpang ke toilet. Ketika keluar toilet, ternyata pesawat sudah terbang. Karena pesawat tak mungkin balik lagi, Sloane menyuruh Owen ikut ke Berlin dan nanti langsung pulang sendiri naik pesawat komersial.

Menjelang mendarat di Berlin, tiba-tiba terjadi pemberontakan. Dua anak buah Sloane menembak dua agen lain. Juga membunuh pilot dan ko-pilotnya. Mereka mengaku bagian dari kelompok bio-terorisme. Pesawat terombang-ambing tanpa pilot. Ketika keduanya akan terjun, setelah lebih dulu membuang parasut lain, Owen yang mantan polisi bertindak. Agen pria yang memberontak tertembak. Pemberontak yang satu lagi, perempuan, langsung terjun. Dalam kondisi darurat itu, Sloane menggunakan wewenangnya untuk mengangkat Lola dan Owen sebagai agen rahasia CDC. Keduanya langsung diperintahkan melompat mengejar pemberontak kedua yang tewas tapi sudah memakai parasut. Mereka diperintahkan untuk melanjutkan misi menumpas bio-terorisme. Ia sendiri akan mencoba mengarahkan pesawat agar tidak jatuh di tengah kota, meski tahu ia takkan selamat.

Lola dan Owen berhasil mendarat di plaza atau ruang terbuka di kota Berlin. Episode pertama berakhir. Episode kedua Medical Police dimulai dengan dua polisi Jerman yang sedang patroli dan langsung menodong keduanya. Salah satu polisi membacakan pasal ‘Miranda Law’ ala Jerman, yang intinya keduanya akan ditangkap. Tapi di akhir kalimat, sang polisi menambahkan, semua pasal itu belaku jika Lola dan Owen mengulangi lagi pelanggarannya. Dengan kata lain, kali itu keduanya tidak ditangkap. Lola tertawa. Untung polisi tidak melihat ke balik parasut dan melihat ada orang mati di sana, bilang Lola.

Di Berlin, kedua dokter anak mendatangi kampus yang dilanda wabah. Mereka mengejar pemuda Muslim yang diduga jadi teroris. Episode ini secara khusus berisi pengejaran terhadap pemuda Muslim serta Lola dan Owen yang ngobrol tentang betapa rasis dan tidak fairnya menudingkan setiap kejadian teorisme kepada kelompok Muslim atau ras lainnya. Pemuda itu, dengan bantuan Goldfinch, agen CDC wilayah Eropa, membantu menangkap pemuda tadi. Tapi ternyata, ia bukan lari karena menjadi teroris, melainkan malu kkarena merencanakan hubungan seksual dengan pacarnya. Penyelidikan di Berlin menemui jalan buntu. Sementara di televisi dikabarkan jumlah korban tewas akibat virus yang disebut Virus Sao Paulo itu semakin bertambah. Virus sudah tersebar di berbagai kota lain di dunia.

Lola dan Owen berinisatif mendatangi Profesor Waters, dosen Lola selagi kuliah di New Hampshire School of Medicine di Amerika. Profesor tua itu –yang juga mantan pacar Lola– dikenal sebagai ahli virologi. Berdasar info dari sang profesor, mereka terbang ke Florence ke Italia. Dari Italia mereka terbang lagi ke Sudan untuk mengejar orang yang membuat virus. Sang pembuat virus tewas, tapi mereka bisa menyelamatkan handphone miliknya, yang harus dibuka dengan teknologi pengenalan wajah. Sayangnya wajah si pembuat virus rusak karena digigit anjing. Mengetahui sang pembuat virus punya saudara kembar di Florida, mereka terbang pulang ke AS. Di Florida mereka berhasil membuka handphone dan menemukan program rahasia yang dipakai menyebarkan virus. Virus itu ternyata disebarkan dengan mengunakan printer 3D yang saat itu baru diproduksi oleh satu perusahaan. Walhasil, CDC langsung mengeluarkan imbauan internasional agar printer 3D perusahaan tadi dihentikan pemakaiannya di seluruh dunia. Masalah media penyebar atau pembawa virus pun, pada episode 4, terselesaikan.

Bagaimana dengan virusnya sendiri? Virus Unicorn? Virus Sao Paulo? Lola masih harus melakukan petualangan spionase lagi ke Latvia, ke Shanghai, dan ke markas CDC yang ternyata jadi pusat konspirasi virus Unicorn. ***


Film Credits

Pemeran : Erinn Hayes, Rob Huebel, Fred Melamed, Tom Wright, Sarayu Rao
Sutradara : David Wain, Bill Benz
Studio : Netflix
Genre : Komedi, Kedokteran
Tahun : Januari 2020
Season : 1 season – 10 episode
Durasi : 22 Menit