Explore

Lincoln Rhyme: Hunt for the Bone Collector

Mulai Selasa malam lalu, 21 Juli 2020, penikmat televisi kabel AXN –via Indihome atau lainnya– mulai disuguhi fim seri baru berjudul ”Lincoln Rhyme: Hunt for the Bone Collector”. Membaca 3 kata terakhir, para penggemar film layar lebar pasti langsung terbayang dengan film ”The Bone Collector” (1999), yang dibintangi Denzel Washington dan Angelina Jolie. Tapi sang pembuat film seri tak mau kalau disebut karyanya berbasis film Hollywood. Mereka lebih suka disebut berbasis novel aslinya, The Bone Collector, karya Jeffery Deaver (1997).

Film seri ”Lincoln Rhyme: Hunt for the Bone Collector” terbilang masih baru. Film 10 episode ini, Season 1, pertama kali tayang di jaringan televisi NBC pada 10 Januari 2020 dan berakhir 13 Maret 2020. Rencana melanjutkan ke Season 2 masih belum terdengar. Jaringan televisi kabel Asia AXN baru pekan ini bisa menayangkannya secara resmi. Jika sabar menunggu setiap Selasa malam, silakan tonton AXN. Kalau tak sabar, sudah banyak bioskop online yang menyediakan komplit seluruh episode. Baguskah? Tidak kalah seru dengan versi film layar lebar. Dan yang pasti bukan cuma kejahatan si Bone Collector saja yang jadi isi tiap episode. Tiap episode punya jalan cerita sendiri: memecahkan kasus pembunuhan dan non-pembunuhan yang berbeda-beda.

Detektif Lumpuh Penyidik Tulang Belulang

Episode pertama (pilot) film seri ini dibuat mirip film layar lebar. Lincoln Rhyme (diperankan Russell Hornsby) dikisahkan berhasil menemukan lokasi tempat Bone Collector, sebutan bagi seorang pembunuh berantai yang selalu menewaskan 3 orang dalam satu hari, akan membunuh korban terakhirnya hari itu. Ia datang sendirian ke lokasi pembunuhan di sebuah pabrik. Mita kerjanya baru akan sampai dalam waktu 5 menit. Ketika calon korban ditemukan, tubuhnya dipasangi bom yang akan meledak 10 detik lagi. Tak bisa menunggu tim gegana, Rhyme memutuskan kabel bom dan pengukur waktu di bom pun berhenti. Sukses. Calon korban dibuka plester penutup mulutnya. Ia langsung berteriak ”Lantai”. Lantai apa? Belum sempat dijawab, lantai besi tempat mereka berdiri terbuka ke bawah. Rhyme jatuh di atas tumpukan batu bata. Ia hidup tapi tak bergerak. Sang pembunuh datang dan meledeknya, lalu pergi sambil menghabisi korbannya. Dengan kata lain, sejak episode pertama, sosok dan wajah sang Bone Colector sudah dimunculkan.

Film lantas melompat ke masa tiga tahun kemudian. Seorang polwan Kepolisian New York (NYPD), Amelia Sachs (Arielle Kebbel, sehari-hari bertugas di stasiun kereta api. Meski sekedar polisi patroli stasiun, perempuan jangkung ini punya gelar Doktor (S3) di bidang psikologi forensik. Ia jadi polisi sebagai batu loncatan untuk bekerja di FBI sebagai profiler kriminal (analis kriminal). Pagi harinya, sebelum berangkat kerja, ia sempat membaca surat dari FBI yang menyatakan dirinya tak lolos seleksi masuk. Ketika baru mulai patroli di peron stasiun bawah tanah, seorang petugas stasiun datang dan memberitahu kalau ia menemukan orang gantung diri. Amelia langsung berlari ke TKP (tempat kejadian perkara).

Ketika sampai di lokasi, ia memang melihat ada orang yang tewas gantung diri. Tapi dengan cepat ia tahu kalau bunuh diri itu adalah bunuh diri yang direkayasa. Kedua tangan korban terlihat digantung dengan rantai ke atap stasiun. Memandang sekeliling, ia melihat sepotong kain ditaburi tepung coklat yang diletakkan di atas rel. Ketika mengamati kain itu, terdengar kereta akan melewati jalur tempat potongan kain itu berada. Dengan senternya ia memberi aba-aba agar kereta berhenti. Sang masinis sepertinya tidak melihat dan kereta terus bergerak cepat. Amelia mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke udara. Sang masinis melihat tanda itu dan kereta bisa berhenti tepat setengah meter dari titik Amelia berdiri.

Polisi atasan Amelia memarahinya karena perbuatan nekatnya. Amelia bilang ia melakukannya karena harus menjaga keutuhan TKP. Selagi sang komandan marah-marah di peron stasiun, datang dua detektif NYPD. Yang lebih tua dan senior, Rick Sellitto (Michael Imperioli) memotong ucapan sang komandan dengan bilang bahwa Amelia baru saja mendapat tiket kelas satu untuk bertemu Lincoln Rhyme, mantan detektif legendaris NYPD yang dikenal sebagai pemburu Bone Collector. Sambil mengajak Amanda meninggalkan peron, Sellitto memperkenalkan diri sebagai mitra terakhir Rhyme sebelum ia lumpuh total karena jatuh dari lantai tinggi di kasus terakhir. Detektif yang muda, Eric Castillo (Ramses Jimenez), juga memperkenalkan diri dan bilang agar Amelia siap-siap bekerja sama dengan detektif bawel dan tukang bikin sakit hati. ”Detektif yang cermat,” balas Sellitto, meluruskan.

Bone Collector Membantai Lagi

Lincoln Rhyme sedang main game online ketika Sellitto datang. Ia main sambil berbaring di ranjang pasien di rumahnya, karena dia memang lumpuh total. Rhyme meledek kawan lamanya pasti datang dengan membawa kasus kacangan. Rupanya, selama ini Rhyme masih mengasah otak detektifnya dengan membantu temannya memecahkan kasus-kasus penting. Sellitto bilang ia membawa kasus spesial yang pasti disukai Rhyme. Ia menunjukkan foto yang terpampang di tablet. Dan benar saja, Rhyme langsung tertarik begitu melihat foto pria tergantung di stasiun kereta api dengan dua tangan digantung pakai rantai. Dia amat yakin itu hasil kerja Bone Collector. Bone Collector beraksi kembali. Sellitto pun lantas memperkenalkan Amelia sebagai polisi nekat yang menyetop kereta demi menjaga keutuhan TKP. ”Kau detektif? CSI?”, tanya Rhyme. Amelia bilang ia sama sekali tak pernah tertarik untuk jadi detetif atau pun CSI (crime sceene investigator).

Rhyme bilang siap beraksi lagi. Sebelum memulai penyelidikan, Sellito –yang ternyata sudah membawa tim lengkap dari kepolisian — memperkenalkan lagi dua sahabat lama yang dulu selalu jadi obyek kebawelan Rhyme: Kate (Brooke Lyons), wanita pakar forensik, dan Felix (Tate Ellington), si jago komputer dan TI. Felix membawa oleh-oleh berupa rompi berkamera 360 derajat yang bisa dipakai polisi sebagai mata bagi Rhyme yang tak bisa datang ke TKP. Rhyme memanggil Amelia dan memintanya menjadi orang yang memakai rompi itu. Amelia menolak karena tak mau jadi detektif ataupun CSI. Rhyme meyakinkan bahwa ia mengajak Amelia bukan untuk jadi keduanya, tapi untuk memecahkan kasus super-top. Lagi pula sungguh mubazir punya gelar Doktor psikologi forensik kalau cuma jadi tukang patroli di stasiun. Amelia bersedia.

Rhyme langsung minta ditunjukan barang bukti apa yang diperoleh dari TKP. Bone Collector selalu dengan sengaja meninggalkan 3 petunjuk pada setiap aksinya, yang menunjukkan lokasi korban berikutnya. Kate mengutarakan hasil analisisnya terhadap tepung coklat yang ditaburkan di atas kain. Tepung itu ternyata bubuk akselerator mesiu tempo dulu. Rhymes –yang lewat flashback dikisahkan ikut diklat detektif 10 tahun lalu dan belajar soal kecermatan mengamati dari detektif fiksi Sherlock Holmes, serta sudah mempelajari riwayat lengkap kota New York dan membeli semua peta klasik New York– langsung bisa menebak maksud bubuk mesiu itu adalah tempat yang dulu jadi lokasi tambang bubuk mesiu. Lokasinya tak lain adalah Central Park, taman kota di New York. Amelia, Sellito, dan Castillo –serta banyak polisi– langsung melakukan pencarian di Central Park.

Di rumahnya, Rhyme terus mengkaji bukti lain. Kate bilang kalau kain alas bubuk mesiu terbuat dari wol. Rhyme mencari korelasi Central Park dengan wol. Wol berarti domba dan sebelum jadi taman besar, area selatan Central Park pernah jadi padang rumput tempat menggembala domba. Ia menyuruh Amelia pergi sisi selatan Central Park. Lewat tampilan video dari kamera di rompi Amelia, ia bisa meihat gundukan sampah daun kering di pojok taman. Ia menyuruh Amelia membongkar gundukan itu. Dan benar. Polisi yang disuruh menggali menemukan peti kayu berisi korban ke-dua yang ternyata masih hidup. Sukses. Mereka gembira bisa menyelamatkan satu nyawa. Rhymes lantas menyuruh Amelia mencari petunjuk yang ditinggalkan Bone Collector. Ia menemukan kantong plastik berisi botol air dan tiga lembar kain yang diikat cincin baja.

Bone Collector Palsu

Korban ke-dua selamat, berarti tinggal tinggal satu korban lagi yang haru diselamatkan. Tapi Rhyme patah semangat. Petunjuk lain dari barang bukti di stasiun, sepotong rambut yang terselip, menunjukkan kalau pelakunya adalah pria pengidap penyakit fabry atau kekurangan enzim ginjal. Ditemukan juga jejak penggunaan obatnya yang tergolong obat langka: Galafold. Setelah dilacak, diketahui orang pengkonsumsi Galafold itu adalah Robert O Sturm. Pernah berulang kali di penjara, pria ini sangat cocok dengan profil seorang pembunuh berantai. Hanya saja, pada periode 2013-2017, atau semasa Bone Collector aktif beraksi dan Rhyme masih belum lumpuh, Sturm berada di rumah sakit jiwa. Kesimpulannya, Robert O Sturm hanyalah seorang copycat alias peniru. Ketika akan diringkus, Sturm sudah pergi dari gudang yag jadi laboratoriumnya dan ia juga meledakkan gudangnya secara otomatis.

Rhyme diyakinkan Amelia bahwa meski pelakunya cuma copycat, apa yang dilakukan Rhyme amat sangat berharga. Ia telah menyelamatkan nyawa manusia. Dengan berat hati Rhyme setuju. Mereka melanjutkan investigasi dengan memeriksa petunjuk dari kasus ke-dua. Tapi belum sempat mulai, Detektif Castillo membawa berita tak sedap. Dari komputer di yang berhasil diselamatkan dari gudang Sturm yang meledak, mereka menemukan sejumlah foto dari CCTV yang merekam aktivitas Amelia Sachs. Amelia korban berikutnya? Ternyata masih ada foto lain. Foto Rachel (Courtney Grosbeck), adik Amelia yang tinggal serumah. Mereka langsung pergi ke rumah Amelia, tapi sudah terlambat. Rachel sudah diculik. Amelia tak kuasa menahan tangis. Sambil merenung di luar rumah, ia melihat ada orang yang memvideokan kesibukan polisi di rumahnya. Ia yakin itu Sturm, yang seperti Bone Collector asli, suka menonton langsung kesibukan polisi di rumah korban. Ia mengejarnya, tapi Sturm akhirnya tewas ditembak Castillo dan Sellitto.

Petunjuk dari kasus ke-dua pun diteliti lagi. Botol kecil berisi air dipastikan berasal dari comberan di gorong-gorong bawah tanah kota New York. Juga ada kliping koran lawas bertuliskan ”Dies Mile”. Rhyme ingat potongan itu adalah iklan di koran lama yang tulisan lengkapnya adalah ”Ladies Mile”, merek busana wanita tempo dulu. Dan busana itu dulu hanya dijual di departemen store Siegel-Cooper, pusat belanja busana pertama di New York pada 1896, sekaligus jadi department store terbesar di dunia pada masanya. Petunjuk ketiga, tiga lembar kain, belum diketahui maknanya. Bermodal dua petunjuk yang ada, Amelia langsung pergi ke kawasan gedung tua Siegel-Cooper dan berusaha masuk ke gorong-gorong. Tapi untunglah Rhyme bisa paham petunjuk ke-tiga. Tiga lembar kain diikat dengan cincin baja. Fokusnya adalah baja. Gedung Siegel-Cooper jadi gedung konstruksi baja pertama di New York. Jadi harus sesuatu yang berkaitan dengan konstruksi baja dan air comberan. Kate membawa bukti lain dari lokasi penculikan korban ke-dua. Ada semacam bercak aspal penambal wadah air dari baja. Rhyme berkesimpulan Rachel disekap di dalam tangki air besar di puncak gedung. Rachel berhasil ditemukan dan diselamatkan ketika air tangki sudah menenggelamkannya.

Walhasil, rangkaian 3 aksi pembunuhan berhasil dituntaskan hari itu. Mereka semua senang. Kepala NYPD, yang ternyata sosok yang jadi instruktur saat Lincoln Rhyme ikut diklat detektif 10 tahun lalu, datang mengucapkan selamat. Ia, untuk kesekian kalinya, menawari Rhyme menjadi konsultan NYPD. Rhyme dengan senang hati menerimanya, asalkan Amelia Sachs juga ikut dilibatkan. Amelia lebih dari setuju.

Bone Collector Ternyata Teman Satu Angkatan

Di tempat lain, sang Bone Collector terlihat sedang menikmati malam dengan minum anggur bersama istrinya. Anggur habis, Bone Collector pergi ke ruang bawah tanah untuk mengambil botol lain. Di antara rak botol anggur (pertana pembunuh berantai ini orang makmur), seorang pria digantung kedua tangannya dengan rantai besi. ”Hadiah bagus buat kawan lama,” kata sang Bone Collector. Film pun flash back ke gedung diklat detektif 10 tahun silam. Saat rehat minum kopi, Bone Collector mendekati Rhyme dan memuji jawabannya atas tugas yang diberikan instruktur pelatihan. Rhyme hanya tersenyum sombong dan meninggalkannya. Bone Collector memandangi kepergian Rhyme dengan wajah benci. Episode pertama usai.

Episode kedua diawali Bone Collector sedang ”memproses” pria yang semula berada di gudang anggur. Darahnya sedang dikeluarkan dan ditampung di ember. Kegiatannya terhenti ketika istrinya mengetuk pintu bengkel kerja sekaligus bengkel bedahnya. Ia tidak membolehkan istrinya masuk dengan bilang ada zat berbahaya. Sang istri tak marah. Ia bisa mengerti pekerjaan suaminya sebagai ”pakar forensik terbaik di Colorado” yang suka kerja sampai lupa waktu. Akankah sang pakar forensik Colorado, yang jadi teman seangkatan Lincoln Rhymes saat diklat kepolisian, bakal tertangkap? Masih jauh. Jarak fisik New York dan Colorado pun jauh, hampir 3.000 kilometer, atau 3 setengah jam penerbangan langsung. Pada episode kedua, Bone Collector hanya mengirim paket berisi tulang lengan manusia kepada Rhyme dan Amelia. Adapun kasus yang dipecahkan adalah kasus Bone Collector palsu lagi, yang dilakukan pelukis penggemar lukisan dewa dan tokoh mitos Yunani. Pada episode berikutnya Rhyme membantu Sellitto memecahkan kasus penculikan seorang gadis Rusia yang terjadi 5 tahun lalu. ***


Film Credits

Pemeran : Russell Hornsby, Arielle Kebbel, Brian F O’Byrne, Michael Imperioli, Ramses Jimenez, Roslyn Ruff, Brooke Lyon, Courtney Grosbeck
Sutradara : Seth Gordon, Melanie Mayron, Jono Oliver
Studio : Signal Hill Productions / NBC
Genre : Aksi, Kriminal
Rilis : Januari 2020
Durasi : 42 menit