Dalam sebuah peperangan, pergi bertempur tak melulu bermakna suatu pasukan menyerang pasukan musuh atau obyek musuh. Pertempuran bisa juga terjadi saat pasukan sedang dalam perjalan menuju medan tempur, atau pra-pertempuran. Hal terakhir ini yang jadi cerita film Greyhound, film yang dibintangi aktor senior Tom Hanks. Pemeran trilogi film Da Vinci Code ini juga menjadi penulis skenarionya. Tom Hanks berperan sebagai aktor utama film, Commander Ernest Krause, kapten kapal USS Keeling, sebuah kapal perang kelas perusak. Pangkat Commander kalau di jagad TNI-AL setara dengan Letnan Kolonel. Adapun Greyhound merupakan nama panggil bagi sang kapal: USS Keeling.
Alkisah, baru saja naik pangkat, Commander Ernest Krause mendapat tugas memimpin konvoi HX-25, sebuah konvoi yang terdiri dari 37 kapal yang mengangkut pasukan dan barang kebutuhan perang. USS Keeling akan berangkat dari Pangkalan AL Norfolk di Virginia menuju Liverpool, Inggris. Untuk mencapai Liverpool yang berada di sisi timur laut, USS Keeling harus mengarungi Samudera Atlantik Utara. Mengapa ke Inggris? Film ini berkonteks Perang Dunia II, atau tepatnya Februari 1942. Semua orang tahu saat itu AS, Inggris, dan negara barat lainnya tergabung dalam pasukan sekutu atau yang sekarang dikenal dengan nama NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Karena itu pula USS Keeling –sebagi pimpinan konvoi–tak berangkat sendirian. Greyhound ditemani 4 kapal perang ringan dari Inggris dan Kanada yang bernama panggil Harry, Eagle, Dicky, dan Cadena.
Perjalanan diawali dengan pesawat patroli AS –bukan pesawat tempur dan masih pakai baling-baling– yang mengawal konvoi dari udara. Tak lama kemudian pesawat tempur berpamitan karena sudah berada di batas jangkauan tempur udara. Mereka juga memberitahukan bahwa teman-teman udara Pasukan Sekutu akan kembali mengawal konvoi di ujung seberang sana, Inggris, yang berjarak sekitar 3.500 mil laut. Jaraknya lebih jauh dari Jakarta – Jayapura yang hanya sekitar 2.300 mil laut. Berapa hari bisa sampai? Kalau bukan saat perang, mungkin bisa diukur hari tempuhnya dengan tepat. Tapi yang jelas, konvoi hanya bergerak dengan kecepatan 8 knots, alias mirip kecepatan Kapal Tol Laut sekarang, atau separoh dari kecepatan kapal besar milik Pelni.
Zona laut di Samudera Atlantik Utara di antara kedua zona pengawalan udara dikenal sebagai Black Pit. Ini adalah zona berbahaya. Puluhan kapal selam Jerman yang jadi musuh, U-Boat, selalu berkeliaran di sana dan siap setiap saat untuk menyerang dan menenggelamkan kapal perang Sekutu. Baca: kapal laut Sekutu, bukan kapal selam Sekutu. FIlm Greyhound sama sekali tak menyinggung adanya kapal selam AS yang beroperasi di Samudera Atlantik Utara. Dengan kata lain, misi Greyhound adalah mengamankan konvoi kapal pasukan dan kapal barang kebutuhan perang dari preman-preman Jerman yang siap menerkam –kapal selam Jerman memang dicat gambar Serigala, selain logo Swastika– kapal-kapal Sekutu.
Kapal yang jadi ”aktor utama” tentu saja si Greyhound. Krause memerintahkan anak buahnya untuk membelak-belokkan Greyhound dengan cepat, tanpa terbalik, untuk menghindar dari torpedo yang ditembakkan U-Boat Jerman. Sesekali ada juga torpedo yang nyaris tak terhindarkan dan menyerempet dinding kapal tanpa meledak, Yang lebih hebat lagi tentunya adalah kepiawaian sang kapten kapal dalam mengantisipasi di mana kapal selam musuh akan muncul, sambil terus menggerakkan seluruh konvoi untuk jalan terus ke tujuan akhir.
Jerman sendiri, selain menunjukkan keperkasaan dengan memiliki banyak kapal selam di Samudera Atlantik Utara, juga memamerkan teknologi Pillenwerfer: alat pengecoh yang mengapung di dalam air, yang dipakai untuk menipu para petugas sonar di kapal perang AS. Juga Jerman mampu menembus frekuensi radio angkatan laut AS dan kemudian dipakai ‘Gray Wolf’ untuk melancarkan psy-war mengejek nasib kapal laut peserta konvoi yang satu demi satu mereka tenggelamkan.
Di era ketika anak kecil sudah main drone berkamera resolusi tinggi, tentu akan menakjubkan menyaksikan film perang di laut. Tentu akan seseru menyaksikan kapal induk Avengers yang muncul dari dalam laut, berlayar sebentar, lalu membubung ke udara. Kalau itu yang diharapkan dari Greyhound, itu harapan kosong. Sutradara film ini, Aaron Schneider, biasa menggarap film drama. Kamera film digunakan dengan gaya tempo dulu. Kamera di atas kapal, atau sedikit di atas kapal. So, jangan berharap ada drone yang menempel di torpedo dan merekam perjalanan menghantam dinding kapal. Jangan berharap ada drone merekam perisitwa dramatis kapal barang AS yang perlahan terjungkir dan tenggelam. Atau yang merekam kapal AL yang terhantam torpedo, menjadi miring, dan kemudian harus ditinggalkan seluruh awak kapal.
Kalau biasa main perang-perangan kapal laut di atas kertas kotak-kotak sewaktu SD, atau game komputernya juga ada, pastilah tahu kalau bertempur di laut berarti saling menebak posisi musuh, tanpa tahu lokasi pasti. Film Greyhound pun begitu. Penonton diajak bolak-balik —sampai bosan– mendengar laporan soal posisi U-boat di bearing 012, range 1,000, dan seterusnya. Commander Crause pun mengeluarkan perintah soal bearing serupa. Walau ada serunya juga saat U-Boat muncul serentak di banyak lokasi. Dan lebih seru lagi ketika U-Boat muncul tepat di sisi kapal tapi berlawanan arah. Tak sampai serempetan dan tidak bertabrakan adu banteng. Yang lebih banyak lagi adalah kapal Jerman berhasil ditembak meriam kapal, lalu ada tumpahan minyak mengapung di atas air, pertanda kapal itu sudah hancur dan tenggelam.
Sepanjang film, penonton juga berulangkali ditunjukkan berapa lama lagi konvoi akan tiba di zona aman atau zona saat pesawat patroli Sekutu mulai bisa kembali mengawal dari udara. Dan ketika sudah masuk zona itu, ternyata masih ada kapal selam Jerman ”yang bodoh” dan yang masih saja menguntit konvoi. Walhasil mereka jadi sasaran empuk bom-bom yang berjatuhan dari pesawat patroli Sekutu. Dengan datangnya pesawat patroli, dan gerombolan serigala akhirnya pergi, Commander Krause dan awak kapalnya pun bisa bernafas lega. Tapi, mungkin ini karena sutradaranya sutradara film drama, Krause mendapat perintah untuk menyudahi tugasnya. Ia tak perlu mengawal konvoi sampai ke tujuan akhir di Liverpool. Krause kecewa. Tapi ia masih sempat melihat penumpang kapal yang membawa pasukan melintas, yang berisi ratusan atau ribuan tentara yang gembira, dan mengelu-elukan nama Greyhound.
USS Keeling atau Greyhound merupakan nama kapal perang fiktif, sesuai yang ada di novel yang jadi asal skenario film: The Good Shepherd karya CS Forester. Hollywood juga pernah membuat film ”The Good Shepherd”, yang dibintangi Matt Damon dan Angelina Jolie, yang berkisah tentang aksi spionase CIA. Untuk pembuatan film Greyhound, kapal perang yang dipakai adalah USS Kidd, kapal perang yang sehari-hari terparkir di museum yang menggunakan nama sang kapal, USS Kidd Veteran Museum, yang berada di Baton Rouge, Louisiana. ***
Pemeran : Tom Hanks, Stephen Graham, Michael Benz, Rob Morgan
Sutradara : Aaron Schneider
Studio : Sonny Pictures / Apple TV+
Genre : Perang, Kapal Laut
Rilis : Juli 2020
Durasi : 91 menit